Senin 13 Sep 2021 22:38 WIB

Cara Menghindari dan Mengatasi Coronasomnia

Coronasomnia merujuk pada insomnia akibat pandemi Covid-19.

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Reiny Dwinanda
Susah tidur (Ilustrasi). Sejak pandemi melanda, banyak orang yang mengalami coronasomnia.
Foto: Republika/Wihdan
Susah tidur (Ilustrasi). Sejak pandemi melanda, banyak orang yang mengalami coronasomnia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah istilah baru diciptakan untuk merujuk pada insomnia akibat pandemi penyakit akibat infeksi virus corona tipe baru (SARS-CoV-2) yang disebut coronasomnia. Gaya hidup yang berubah adalah salah satu faktor yang paling menonjol yang memengaruhi kondisi ini.

Insomnia ini ditandai dengan ketidakmampuan seseorang untuk tidur atau istirahat yang sekarang disebut coronasomnia, istilah yang diciptakan karena merujuk pada insomnia akibat pandemi Covid-19. Pandemi Covid-19 memang telah membebani pikiran orang-orang.

Baca Juga

Sejak pandemi, kehidupan masyarakat terganggu akibat kegaduhan yang diakibatkan oleh peristiwa-peristiwa setelah pandemi Covid-19. Peningkatan masalah kesehatan mental disaksikan selama pandemi termasuk insomnia dan depresi.

Gaya hidup yang berubah adalah salah satu faktor yang paling menonjol memengaruhi kondisi ini. Beberapa orang yang paling terpengaruh termasuk perempuan, pekerja garis depan, pasien Covid-19, dokter, pengasuh, dan pelajar.

Gejala coronasomnia mirip dengan insomnia, seperti:

- Kesulitan untuk tertidur

- Sakit kepala

- Kegelisahan

- Bangun di tengah malam

- Ketidakmampuan untuk istirahat

- Lelah

- Merasa tertekan

- Sifat mudah emosi

- Kurang konsenterasi

- Perubahan suasana hati

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement