Reputasinya tidak hanya ditunjang kiprahnya semasa hidup. Setelah ia wafat, namanya melambung tinggi seiring dengan kepopuleran kitab- kitab karangannya. Banyak buku yang ditulisnya kemu dian dijadikan sebagai rujukan utama di pesantren-pesantren Nahdliyin se-Indonesia.
Meskipun terkenal di Tuban, Kiai Abul Fadhol Senori merupakan tokoh kelahiran Rembang, Jawa Tengah. Desa Sedan merupakan kampung halamannya. Putra KH Abdus Syakur itu lahir pada 1921 M. Ayahandanya itu adalah seorang ulama besar yang pernah menimba ilmu di Tanah Suci. Adapun ibundanya, Nyai Sumiah, merupakan putri seorang alim, yakni Kiai Ibrahim.
Semasa kecil, Abul Fadhol Senori belajar langsung kepada bapaknya sendiri. Melalui didikan kedua orang tuanya, ia tumbuh menjadi pribadi yang gemar menuntut ilmu-ilmu agama. Selain itu, dirinya memang dikaruniai daya tangkap dan kreativitas yang di atas rata-rata. Bahkan, saat usianya baru enam tahun, anak lelaki ini sudah mahir membuat syair berbahasa Arab. Sambil bermain di pinggir sungai, mulutnya melantunkan syair karangannya sendiri.
Pada usia sembilan tahun, Fadhol tidak hanya lancar mengaji. Ia pun sudah mampu menghafal Alquran 30 juz. Hafiz cilik ini juga menguasai beberapa kitab keislaman. Di antaranya adalah Aqidatul Awam, Jurumiyah, Imrithi, dan Al- Fiyah Ibnu Malik.