Jumat 01 Oct 2021 05:50 WIB

Surat Ar Rahman, Mengapa Disebut Pengantin Alquran?

Surat Ar Rahman sangat istimewa karena berbicara tentang rahmat Allah SWT

Rep: Alkhaledi Kurnialam/ Red: Nashih Nashrullah
Surat Ar Rahman sangat istimewa karena berbicara tentang rahmat Allah SWT. Surat Ar-Rahman
Foto: Republika/ Nashih Nashrullah
Surat Ar Rahman sangat istimewa karena berbicara tentang rahmat Allah SWT. Surat Ar-Rahman

REPUBLIKA.CO.ID, — Surat Ar Rahman banyak digunakan sebagai mahar dalam pernikahan umat Islam.

Surat ke 55 ini diturunkan di kota Makkah, terdiri dari 78 ayat dan terdapat pengulangan ayat “maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan?’ sebanyak 31 kali.

Baca Juga

Nama surat ini bahkan juga dikenal  sebagai Arus Alquran atau pengantin Alquran, seperti yang dijelaskan Nabi dalam haditsnya. Dalam sebuah riwayat, Nabi bahkan bersabda:

لكلِّ شيءٍ عروسٌ، وعروسُ القرآنِ الرحمنِ  “Segala sesuatu memiliki pengantin, dan pengantinnya Alquran adalah Ar Rahman”. 

 

Namun alasan sebenarnya dijelaskan Syekh Ashraf Al Feel, ulama Al-Azhar tersebut mengatakan bahwa alasan penamaan Surat Ar Rahman dengan nama pengantin Alquran adalah karena keindahan dan kesempurnaannya.

Surat ini disebutnya menjelaskan bahwa penamaan surat setelah Ar Rahman adalah yang terbaik yang bisa disebut.

Ia menambahkan, keindahan Surat Ar Rahman berasal dari kenyataan bahwa firman Allah SWT ini berbicara tentang sifat-sifat Tuhan Yang Maha-Esa, dalam hal ini ia tidak dapat mengungkapkan apa yang ia rasakan.

Masalah hanya dia diketahui oleh Tuhan saja, karena Dia adalah satu-satunya yang dapat mengasihani saat ini.

Dia menunjukkan, sifat Yang Mahapenyayang adalah sifat Allah semata. Karena Dia adalah satu-satunya yang memiliki rahmat kepada manusia di akhirat, rahmat yang lengkap dan lengkap.

Membaca Ar Rahman bahkan disebut Imam Ja’far Ash-shadiq sebagai: “Barangsiapa yang membaca surat Ar-Rahman, dan ketika membaca kalimat ‘Fabiayyi âlâi Rabbikumâ tukadzdzibân’, dia mengucapkan: Lâ bisyay-in min âlâika Rabbî akdzibu (tidak ada satu pun nikmat-Mu, duhai Tuhanku, yang aku dustakan), jika saat membacanya itu pada malam hari kemudian ia mati, maka matinya seperti matinya orang yang syahid; jika membacanya di siang hari kemudian mati, maka matinya seperti matinya orang yang syahid.”  

Baca juga : 21 Tahun Lalu, Mengenang Pejuang Palestina Al-Durrah

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement