Jumat 01 Oct 2021 13:00 WIB

Ornamen Arab di Masjid Terbesar Xining Dilaporkan Dilucuti 

Ornamen masjid di Xining dilaporkan dilucuti.

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Muhammad Hafil
Ornamen Arab di Masjid Terbesar Xining Dilaporkan Dilucuti 
Foto: Scroll.in
Ornamen Arab di Masjid Terbesar Xining Dilaporkan Dilucuti 

REPUBLIKA.CO.ID,XINING—Xining, ibu kota provinsi Qinghai di Tiongkok barat laut, biasanya sangat tenang bahkan interaksi sehari-hari penduduk kota, yang berasal dari beragam kelompok etnis seperti Tionghoa Han, Muslim Hui, Tibet, Salar Turki dan lainnya selalu berjalan tanpa ada konflik berarti. Namun setelah adanya proyek pembongkaran Masjid Dongguan, salah satu masjid terbesar di China, menimbulkan ‘gesekan’ antara kelompok Muslim dan kelompok Tionghoa.

Penghapusan kubah dan menara “bergaya Arab” dari gerbang depan masjid telah memicu reaksi dari penduduk setempat dan bahkan menarik perhatian diplomat asing. "Pembongkaran ini juga menandakan semakin luasnya tindakan China untuk ‘menasionalisasikan’ Islam," kata David R Stroup, Asisten Profesor Studi China, Universitas Manchester.

Baca Juga

Pemberitahuan tentang renovasi gerbang depan Masjid Dongguan viral di situs media sosial seperti Sina Weibo dan Zhihu pada 9 Juli. Bukan hanya Masjid Dongguan, tapi beberapa masjid lain di Xining juga menjadi target renovasi paksa ini. Reaksi tidak senang dari komunitas Muslim Hui setempat, yang terdiri dari 16% populasi Xining, sangat terasa. Pada 15 Juli, seorang wanita berhijab bersujud dalam sholat di jalan di depan masjid sambil terisak dan direkam dalam video, menjadi satu-satunya protes wanita itu menyebar secara online dan menginspirasi sebuah kartun yang menjadi viral. Tapi protes itu terbukti sia-sia. 

David menganggap bahwa perombakan masjid disebabkan sinisme terhadap Islam yang semakin meningkat. Bahkan dalam pidato internal partai berkuasa, China telah menyamakan Islam dengan "virus". “Mentalitas inilah yang mendorong rezim untuk membatasi arsitektur Islam yang terang-terangan di ruang publik,” kata David. 

Masjid Nanguan di Yinchuan mengalami transformasi serupa pada tahun 2020. Kabupaten Otonom Linxia Hui di Gansu menghapus pengeras suara, biasanya digunakan untuk menyiarkan azan, dan tanda-tanda Arab dari masjid pada Juni 2018. Pada bulan Desember tahun yang sama, tiga masjid di Yunnan dihancurkan, telah dinyatakan sebagai "bangunan ilegal yang tidak terdaftar". Bahkan toko-toko dan restoran-restoran telah memasang tulisan Arab dirusak paksa. 

Xining adalah rumah bagi bisnis, restoran, dan sumber daya budaya yang tak terhitung jumlahnya. Masjid di wilayah ini menyediakan kelas-kelas dalam bahasa Arab dan banyak menggelar sumbangan untuk proyek-proyek amal. Sebagai tempat ibadah, Dongguan adalah satu-satunya masjid Yihewani di Xining yang menyelenggarakan salat Jumat, sebanyak 70.000 orang hadir setiap pekan. Selama Ramadhan, lebih dari 200.000 orang mungkin berkumpul untuk sholat, dengan perayaan Idul Fitri yang menarik sebanyak 300.000 orang.

Sholat Jumat di Masjid Dongguan dipandang sebagai contoh kerja sama yang menonjol antara pemerintah daerah dan masjid. Pemerintah setempat membantu pengelolaan massa dengan mengirimkan petugas lalu lintas untuk mengarahkan lalu lintas padat di jalan selama salat. Masjid ini juga dipandang sebagai simbol budaya yang memiliki tempat tersendiri di hari masyarakat lokal.

Tindakan pemerintah yang berniat melucuti masjid warisan budaya ini menuai frustasi dan ketidakpuasan warga, terutama komunitas Muslim. Meski masjid itu tidak seluruhnya dibongkar, namun seluruh arsitektur bergaya Arab akan digunduli termasuk mengganti kubah dengan atap bergaya Cina. 

Sumber:

 https://scroll.in/article/1006534/china-has-removed-arab-style-features-from-biggest-mosques-in-its-crackdown-on-islamic-identity

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement