Sejak saat itu, pendidikan Jihad tidak stabil. Pintu sekolah di Nazareth ditutup selama dua tahun setelah Nakba. Akhirnya, di tahun ketiga, Jihad bisa kembali bersekolah dan bahkan melompati kelas empat karena kemampuannya yang mumpuni.
Sayangnya, hal itu tidak berlangsung lama. Kala itu, kesehatan ibunya tiba-tiba memburuk sehingga membuat Jihad tidak memiliki pilihan selain tinggal di rumah. Ia harus mengurus pekerjaan rumah dan membesarkan adik-adiknya.
Kepada Middle East Eye, nenek berusia 85 tahun ini mengungkapkan meninggalkan pendidikan terasa mengerikan. Akan tetapi, Tuhan menganugerahinya hal lain, yakni ingatan kuat.
"Saya tidak memiliki perasaan berat tentang keadaan yang menghalangi saya lulus di masa muda saya karena saya tahu Tuhan tidak menguji seseorang lebih dari yang dapat mereka tangani. Saya tahu Tuhan memberi saya ingatan yang sangat kuat sehingga saya dapat mencapai apa pun yang saya inginkan," kata Jihad kepada Middle East Eye, dilansir Senin (4/10).
Pada usia 14 tahun, ketekunan Jihad begitu kuat. Dia memutuskan melanjutkan pendidikan dengan diam-diam mendaftar di kelas lanjutan dalam berbagai mata pelajaran.
Namun, lagi-lagi kesempatan ini berumur pendek. Ketika ibunya mengetahuinya, dia memutuskan satu-satunya solusi ialah Jihad harus menikah. Saat itu, dia berusia 17 tahun.