Kamis 07 Oct 2021 14:53 WIB

Wakil Presiden Filipina Maju dalam Pemilihan Presiden 2022

Wakil Presiden Filipina Leni Robredo akan maju dalam pemilihan presiden 2022

Rep: Lintar Satria/ Red: Christiyaningsih
Presiden Filipina Rodrigo Duterte (kanan) bersama Wakil Presiden Leni Robredo berpose setelah parade militer di Camp Aguinaldodi Metro Manila, Filipina, 1 Juli 2016.
Foto: REUTERS/Erik De Castro
Presiden Filipina Rodrigo Duterte (kanan) bersama Wakil Presiden Leni Robredo berpose setelah parade militer di Camp Aguinaldodi Metro Manila, Filipina, 1 Juli 2016.

REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Wakil Presiden Filipina Leni Robredo akan maju dalam pemilihan presiden 2022. Robredo yang berusia 56 tahun merupakan pengacara hak asasi manusia.

Ia adalah janda mantan menteri dalam negeri Jesse Robredo yang meninggal dunia karena kecelakaan pesawat saat masih menjabat. Leni pernah mengkritik Presiden Rodrigo Duterte dan perang narkobanya yang mematikan.

Baca Juga

"Saya berjanji untuk memberikan semua kekuatan saya tidak hanya di pemilihan tapi di sisa waktu saya (sebagai wakil presiden) berjuang untuk Filipina," kata Leni Robredo dalam pidato berdurasi 15 menit yang disiarkan di media sosial, Kamis (7/10).

Filipina memilih presiden dan wakil presiden secara terpisah. Robredo memiliki pandangan yang berbeda dengan Duterte dalam berbagai isu.

Duterte tidak bisa maju dalam pemilihan presiden pada Mei tahun depan karena peraturan masa jabatan presiden. Ia sempat mengatakan akan maju sebagai wakil presiden, tapi Sabtu (2/10) lalu ia mengumumkan akan pensiun dari politik.

Robredo, ibu tiga orang anak, akan menyerahkan dokumen pendaftarannya pada Kamis ini. Ia akan menjadi kandidat kelima yang resmi maju dalam pemilihan presiden. Jika terpilih, Robredo akan menjadi perempuan ketiga yang memimpin Filipina setelah pejuang demokrasi Corazon Aquino tahun 1986 dan Gloria Macapagal-Arroyo tahun 2001.

Di bawah pemerintahan Duterte, Robredo pernah menjabat sebagai menteri perumahan. Namun ia kemudian mundur setelah tidak diundang dalam rapat kabinet.

Ia mengkritik perang narkoba Duterte sebagai 'pembunuhan tanpa perasaan'. Duterte menunjuknya sebagai 'kepala perang narkoba' tapi kemudian memecatnya 18 hari kemudian.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement