Selasa 12 Oct 2021 23:06 WIB

Pesan Guru yang Membuat Abu Hanifah Mendalami Agama 

Abu Hanifah dikenal sebagai pendiri Mazhab Hanafi

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Nashih Nashrullah
Abu Hanifah dikenal sebagai pendiri Mazhab Hanafi. Ilustrasi kitab
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Abu Hanifah dikenal sebagai pendiri Mazhab Hanafi. Ilustrasi kitab

REPUBLIKA.CO.ID, — Memasuki abad kedua Hijriyah, Kufah menjadi tempat berkumpulnya kaum Muslimin terpelajar.

Dari berbagai daerah di Mesopotamia, mereka berdatangan ke kota tersebut untuk menuntut ilmu-ilmu agama. Ada cukup banyak ulama setempat yang memiliki reputasi besar. Seorang di antaranya adalah Abu Hanifah. 

Baca Juga

Ia bernama lengkap Nu'man bin Tsabit bin Zauti bin Marzuban. Menurut adz-Dzahabi, seperti dinukil Prof Abul Yazid Abu Zaid al-'Ajami dalam Akidah Islam Menurut Empat Madzhab, Abu Hanifah berasal dari bangsa Persia. 

Mengikuti jejak ayahnya, ia sempat berprofesi sebagai saudagar kain. Abu Hanifah menghabiskan sebagian besar masa hidupnya di Kufah. Sejak kecil, dirinya sudah dibekali pengetahuan tentang ilmu berdagang oleh orang tuanya. Akan tetapi, hatinya selalu terpaut pada masjid dan majelis ilmu. Kecerdasannya kemudian menarik perhatian seorang ulama tabiin, Amir bin Syurahbil Asy Sya'bi. 

Suatu hari, Asy Sya'bi berpapasan dengan Abu Hanifah muda. Kepada pemuda itu, ulama tersebut bertanya, “Kau mau ke mana?” 

“Aku mau ke pasar seperti biasa,” jawab Abu Hanifah. “Bukan itu maksudku, kata Asy Sya'bi menimpali, aku ingin tahu, ulama mana lagi yang akan kau datangi?”

“Aku jarang menemui ulama beberapa hari terakhir. Mungkin karena kesibukanku di pasar. Sebaiknya jangan lalai. Kau harus terus belajar ilmu-ilmu agama dan dekat dengan alim ulama. Sebab, aku melihat bahwa kau pemuda yang cerdas dan aktif,” ujar Asy Sya'bi. 

Nasihat ulama tersebut sangat membekas dalam benaknya. Abu Hanifah pun tidak lagi menghabiskan hari-harinya di pasar. Ia memilih kesibukan baru yang lebih disukainya, yakni menuntut ilmu-ilmu agama. 

Keputusan itu memang tidak sampai membuatnya berhenti total dari dunia usaha. Namun, sejak saat itu perdagangan yang dijalankannya hanya menyita sebagian kecil dari waktunya. 

Berbekal semangat belajar yang tinggi, Abu Hanifah remaja menerima pendidikan keislaman dengan sangat baik. Sebelum berusia akil baligh, ia telah menghafalkan seluruh Alquran. Ilmu membaca Alquran dipelajarinya dari Imam Ashim, salah satu dari tujuh ulama peletak dasar qirah sab’ah. Di samping itu, ia pun memiliki banyak guru lainnya. 

Mereka antara lain adalah Atho' bin Abi Rabbah, Asy Sya'bi, Adi bin Tsabit, Abdurrahman bin Hurmuj Al A'raj, Amru bin Dinar, dan Thalhah bin Nafi'. Selanjutnya, ada Nafi' Maula bin Umar, Qatadah bin Di'amah, Qois bin Muslim, Abdullah bin Dinar, Abu Ja'far Al Baqir, Ibnu Syihab Az Zuhri, dan Muhammad bin Munkandar. 

Dalam menjalani rihlah intelektual, Abu Hanifah disebut-sebut belajar pada 4.000 orang guru. Jumlah sebanyak itu wajar kiranya. Sebab, sejak usia belasan tahun dirinya sudah rajin berkelana dari satu kota ke kota lain untuk menimba ilmu-ilmu agama, khususnya setelah putra daerah Kufah ini meninggalkan kesibukan berdagang.  

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement