Sabtu 16 Oct 2021 12:27 WIB

Suasana Lebanon Sepi Usai Bentrokan di Beirut

Hampir semua sekolah, bank, dan kantor pemerintahan di seluruh Lebanon tutup

Rep: Fergi Nadira/ Red: Christiyaningsih
Hampir semua sekolah, bank, dan kantor pemerintahan di seluruh Lebanon tutup sehari usai bentrokan di Beirut. Ilustrasi.
Foto: AP/Hussein Malla
Hampir semua sekolah, bank, dan kantor pemerintahan di seluruh Lebanon tutup sehari usai bentrokan di Beirut. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT - Hampir semua sekolah, bank, dan kantor pemerintahan di seluruh Lebanon tutup pada Jumat (15/10) waktu setempat. Hal ini terjadi setelah pertempuran senjata antara milisi bersenjata berat yang menewaskan enam orang dan meneror penduduk Beirut.

Pemerintah menyerukan hari berkabung pada Jumat setelah bentrokan bersenjata ini. Hari sebelumnya, orang-orang bersenjata menggunakan senjata otomatis dan granat berpeluncur roket di jalan-jalan ibu kota.

Baca Juga

Peristiwa ini menggemakan era tergelap perang saudara 1975-1990 di negara itu. Pertempuran senjata meningkatkan momok kembalinya kekerasan sektarian di negara yang telah berjuang melalui salah satu krisis ekonomi terburuk di dunia dalam 150 tahun terakhir.

Kekerasan pecah pada Kamis (14/10) dalam sebuah protes yang diselenggarakan dua partai utama Syiah, Hizbullah dan Gerakan Amal. Aksi protes menyerukan pencopotan hakim utama yang menyelidiki ledakan besar di pelabuhan Beirut tahun lalu.

Banyak pengunjuk rasa bersenjata. Tidak jelas siapa yang melepaskan tembakan pertama. Namun konfrontasi dengan cepat berubah menjadi baku tembak di sepanjang bekas garis depan perang saudara yang memisahkan wilayah Beirut yang mayoritas penduduknya Muslim dan Kristen.

Tembakan bergema selama berjam-jam dan ambulans bergegas untuk menolong para korban. Penembak jitu ditembak dari gedung. Peluru menembus jendela apartemen di daerah itu. Siswa sekolah dievakuasi dan penduduk bersembunyi di tempat penampungan.

Kedua kelompok Syiah itu mengatakan pengunjuk rasa mereka mendapat kecaman dari penembak jitu yang ditempatkan di atas atap. Mereka menuduh milisi Pasukan Lebanon sayap kanan Kristen yang memulai penembakan. Di antara yang tewas semuanya Syiah adalah dua pejuang Hizbullah.

Pada Jumat, penduduk Tayouneh di Beirut tempat terjadinya sebagian besar pertempuran, menyapu kaca dari jalan-jalan di depan toko-toko dan gedung-gedung apartemen. Tentara menjaga pintu masuk ke lingkungan yang babak belur dan kawat berduri dipasang di pintu masuk jalan. Banyak mobil yang rusak.

Tayouneh memiliki bundaran besar yang memisahkan lingkungan Kristen dan Muslim. Bangunan-bangunan baru yang bopeng duduk di sebelah bangunan-bangunan bekas luka dari masa perang saudara.

Hizbullah dan Amal mengadakan pemakaman untuk korban tewas pada Jumat malam waktu setempat. Ketegangan atas ledakan pelabuhan telah berkontribusi pada banyak masalah Lebanon, termasuk keruntuhan mata uang, hiperinflasi, melonjaknya kemiskinan, dan krisis energi yang menyebabkan pemadaman listrik yang berkepanjangan.

Penyelidikan berpusat pada ratusan ton amonium nitrat yang tidak disimpan dengan benar di gudang pelabuhan yang meledak pada 4 Agustus 2020. Ledakan itu menewaskan sedikitnya 215 orang, melukai ribuan orang, dan menghancurkan bagian-bagian lingkungan terdekat. Insiden tahun lalu itu adalah salah satu ledakan non-nuklir terbesar dalam sejarah dan semakin menghancurkan negara yang sudah dilanda perpecahan politik dan kesengsaraan keuangan.

Hakim Tarek Bitar telah mendakwa dan mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk mantan menteri keuangan Lebanon, yang merupakan anggota senior Gerakan Amal dan sekutu dekat Hizbullah. Bitar juga telah mendakwa tiga mantan pejabat senior pemerintah lainnya dengan pembunuhan dan kelalaian yang disengaja yang menyebabkan ledakan itu.

Pejabat dari kedua partai Syiah, Amal dan Hizbullah, termasuk pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah, telah menyerang Bitar selama berhari-hari. Mereka menuduhnya mempolitisasi penyelidikan dengan menuduh dan memanggil beberapa pejabat dan bukan yang lain.

Sejauh ini tidak ada pejabat Hizbullah yang didakwa dalam penyelidikan selama 14 bulan. Bitar adalah hakim kedua yang memimpin penyidikan rumit tersebut. Pendahulunya diberhentikan karena tantangan hukum.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement