Senin 18 Oct 2021 17:21 WIB

Saudi Larang Warganya Bepergian ke Lebanon

Saudi melarang warganya agar tidak bepergian ke Lebanon setelah bentrokan di Beirut.

Rep: Mabruroh/ Red: Agung Sasongko
 Sebuah lubang senjata terlihat di jendela sebuah gedung sehari setelah bentrokan di daerah Tayouneh di Beirut, Lebanon, 15 Oktober 2021. Sedikitnya enam orang tewas dan 20 terluka dalam unjuk rasa di Beirut yang diselenggarakan oleh gerakan Hizbullah dan Amal untuk menuntut pemecatan penyelidik utama ledakan di Beirut.
Foto: EPA-EFE/WAEL HAMZEH
Sebuah lubang senjata terlihat di jendela sebuah gedung sehari setelah bentrokan di daerah Tayouneh di Beirut, Lebanon, 15 Oktober 2021. Sedikitnya enam orang tewas dan 20 terluka dalam unjuk rasa di Beirut yang diselenggarakan oleh gerakan Hizbullah dan Amal untuk menuntut pemecatan penyelidik utama ledakan di Beirut.

IHRAM.CO.ID, RIYADH — Arab Saudi melarang warganya agar tidak bepergian ke Lebanon setelah bentrokan di Beirut pada 14 Oktober.  "Kami mengimbau semua warga di Libanon untuk mengambil tindakan pencegahan dan menjauh dari tempat-tempat keramaian," demikian pernyataan Kementerian Luar Negeri Saudi, dalam sebuah pernyataan dilansir dari Saudi Gazette, Senin (18/10).

Keputusan kementerian tersebut didasarkan pada peristiwa keamanan terkini di Lebanon dan keputusan Kementerian Dalam Negeri untuk mencegah perjalanan langsung dan tidak langsung warga negara ke sejumlah negara tanpa mendapat izin terlebih dahulu dari otoritas terkait, termasuk Lebanon.

Baca Juga

Kementerian juga meminta semua warga untuk mengikuti instruksi yang dikeluarkan oleh otoritas terkait dalam hal ini, dan tidak melakukan perjalanan ke Lebanon.

Kekerasan di Libanon 1pecah pada Kamis (14/10) dalam sebuah protes yang diselenggarakan dua partai utama Syiah, Hizbullah dan Gerakan Amal. Aksi protes menyerukan pencopotan hakim utama yang menyelidiki ledakan besar di pelabuhan Beirut tahun lalu.

Banyak pengunjuk rasa bersenjata. Tidak jelas siapa yang melepaskan tembakan pertama. Namun konfrontasi dengan cepat berubah menjadi baku tembak di sepanjang bekas garis depan perang saudara yang memisahkan wilayah Beirut yang mayoritas penduduknya Muslim dan Kristen.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement