Hal ini mengingatkan pada salah satu sabda Nabi Muhammad SAW bahwa Jika seorang mukmin menanam pohon atau menabur benih, dan kemudian seekor burung, atau seseorang atau binatang memakannya, itu dianggap sebagai hadiah amal (sedekah) untuknya.
Ajaran Nabi ini adalah seruan untuk bertindak bagi umat manusia untuk meningkatkan kesadaran akan tindakan mereka dan memutuskannya berdasarkan konsekuensi potensialnya di Planet Bumi dan Ibu Pertiwi.
Pentingnya memperoleh pendidikan juga telah mendapat sorotan di masa hidup Nabi Muhammad. "Hadiah terbaik dari seorang ayah kepada anaknya adalah pendidikan dan pengasuhan," tuturnya.
Alquran dan hadits penuh dengan ayat-ayat yang mendorong manusia untuk merenungkan, berpikir dan merenungkan makna hidup. Motivasi inilah yang telah mengubah era akhir zaman kuno hingga akhir Abad Pertengahan menjadi periode gemilang dalam sejarah manusia. Para sarjana mendalami banyak bidang, dari logika dan metafisika hingga geografi dan astronomi, filsafat dan ilmu alam hingga optik dan alkimia, dan dari kedokteran hingga arsitektur.
Upaya ini memuncak pada Renaisans dan menandai perkembangan dunia modern dan pasca-modern, seperti yang ada sekarang. Keberagaman selalu memperkuat tatanan sosial setiap budaya yang mengembangkannya. Itu tertanam dalam alam, yang merupakan pelajaran untuk menyadari bahwa keberadaan pluralistik adalah satu-satunya jalan ke depan bagi masyarakat manusia. Nabi Muhammad telah meletakkan dasar masyarakat yang inklusif dan pluralistik pada saat mendirikan negara di Madinah.
Menurut para ahli sejarah, ketika Nabi Islam hijrah dari Makkah ke Madinah, masyarakat Madinah sangat beragam. Salah satu langkah penting pertama yang diambil Nabi Muhammad SAW setelah kedatangannya di Madinah adalah pembuatan Piagam yang menjamin kemandirian agama dan ekonomi bagi semua komunitas yang menghuninya.
Ikuti Whatsapp Channel Republika
