Sabtu 13 Nov 2021 07:19 WIB

Ilmuwan Tanggapi Dingin Rencana Pembangkit Nuklir Bill Gates

Bill Gates dan Warren Buffett berencana luncurkan proyek reaktor nuklir Natrium.

Bill Gates.
Foto: Republika/Prayogi
Bill Gates.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perusahaan Bill Gates dan Warren Buffett berencana luncurkan proyek reaktor nuklir yang disebut Natrium. Para ahli menganggap proyek itu sebagai upaya salah arah dalam mencapai target pengurangan CO2.

Perusahaan energi nuklir milik Bill Gates yakni TerraPower dan perusahaan listrik PacifiCorp - yang dimiliki oleh perusahaan Warren Buffett, Berkshire Hathaway - pada September 2020 bekerja sama untuk meluncurkan proyek yang disebut Natrium. Ini adalah proyek reaktor modular kecil yang ditargetkan siap beroperasi secara komersial tahun 2030.

Baca Juga

Banyak negara kini tengah mempertimbangkan reaktor nuklir yang lebih kecil, yang disebut modular. Modular sebagai cara untuk mendukung produksi energi rendah emisi selama masa transisi dari ketergantungan bahan bakar fosil ke sumber energi terbarukan.

Reaktor ini rencananya akan dibangun di Wyoming yang merupakan negara bagian penghasil batu bara terbesar di Amerika Serikat (AS), ujar Gates. "Kami pikir Natrium akan menjadi game-changer bagi industri energi," kata dia.

Undang-Undang Transformasi Energi Bersih AS mewajibkan penghapusan batu bara pada tahun 2025 dan dekarbonisasi jaringan secara penuh pada tahun 2045. Departemen Energi AS memberikan dana kepada TerraPower sebesar 80 juta dolar AS (Rp1,15 triliun) untuk mengembangkan ide mereka.

Tidak sekecil yang diklaim

TerraPower mengatakan pembangunan pabriknya akan menelan biaya 1 miliar  dolar AS (sekitar Rp14,25 triliun) untuk biaya teknik, pengadaan dan konstruksi. Pembangunannya diperkirakan memakan waktu 7 tahun.

Di AS, biaya untuk membangun pembangkit listrik tenaga nuklir konvensional adalah sekitar 25 miliar dolar AS dan dapat memakan waktu lebih lama.

"Reaktor yang lebih kecil dan canggih seperti yang dikembangkan dengan pendanaan dari Bill Gates dan lainnya menawarkan aplikasi, pendekatan, dan peluang baru untuk salah satu sumber energi nonkarbon terbesar di dunia, energi nuklir," ujar Brett Rampal, direktur inovasi nuklir di lembaga nirlaba Clean Air Task Force, kepada DW.

Namun ternyata seorang ahli menilai bahwa ini bukanlah reaktor nuklir yang kecil.

"Reaktor ini bukanlah reaktor yang kecil, mencapai 345 megawatt (MW)," kata Antony Froggatt, seorang peneliti di Chatham House, kepada DW.

"Meskipun jauh lebih kecil daripada reaktor yang ada (1.000 MW), reaktor ini masih tergolong besar dan kemungkinan tidak semodular seperti perkiraan awal. Ini melemahkan argumen bahwa reaktor dapat dibangun di pabrik dan kemudian dikirim keluar, yang digadang akan jadi lebih murah," Froggatt memperingatkan.

sumber : DW
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement