Senin 15 Nov 2021 02:38 WIB

Rusia Kirim Pasokan Rudal ke India 

Kesepakatan India-Rusia bernilai 5,5 miliar dolar AS untuk 5 sistem rudal jarak jauh.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolandha
Sistem misil S-400 milik Rusia. Modifikasi S-400 dan S-300 membuatnya dapat digunakan untuk berbagai jenis rudal. Ilustrasi.
Foto: EPA
Sistem misil S-400 milik Rusia. Modifikasi S-400 dan S-300 membuatnya dapat digunakan untuk berbagai jenis rudal. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Rusia mulai memasok sistem rudal pertahanan udara S-400 ke India. Pasokan itu menempatkan India pada risiko sanksi dari Amerika Serikat (AS), di bawah undang-undang AS tahun 2017 yang bertujuan untuk mencegah negara-negara membeli perangkat keras militer Rusia. 

"Pengiriman pertama sudah dimulai," ujar Kepala Badan Kerja Sama Militer Rusia, Dmitry Shugayev yang dikutip kantor berita Interfax, pada Ahad (14/11).

Baca Juga

Shugayev mengatakan bahwa, unit pertama sistem S-400 akan tiba di India pada akhir tahun ini. Kesepakatan ini bernilai 5,5 miliar dolar AS untuk lima sistem rudal jarak jauh, dan ditandatangani pada 2018. India perlu meningkatkan pertahanannya untuk melawan ancaman China.

India menghadapi berbagai sanksi keuangan dari Amerika Serikat di bawah Undang-Undang Melawan Musuh Amerika Melalui Sanksi (CAATSA). Undang-undang itu menyebut Rusia sebagai musuh atas tindakannya terhadap Ukraina, termasuk campur tangan dalam pemilihan AS 2016 dan bantuan ke Suriah.

New Delhi memiliki kemitraan strategis dengan Amerika Serikat dan Rusia. Sementara Washington mengatakan kepada India bahwa tidak mungkin luput dari sanksi CAATSA.

Tahun lalu Amerika Serikat memberlakukan sanksi CAATSA pada sekutu NATO, Turki karena membeli rudal S-400 dari Rusia. Sanksi tersebut menargetkan badan pengadaan dan pengembangan pertahanan utama Turki.

Washington juga mengeluarkan Turki dari program jet tempur siluman F-35, yang merupakan pesawat paling canggih dalam persenjataan AS. Pesawat itu digunakan oleh anggota NATO dan sekutu AS lainnya.

Rusia telah menawarkan bantuan kepada Turki dalam mengembangkan jet tempur canggih, tetapi sejauh ini belum ada kesepakatan yang tercapai. "Kami masih dalam tahap negosiasi proyek ini," kata Shugayev seperti dikutip kantor berita RIA.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement