Rabu 17 Nov 2021 05:20 WIB

Penderitaan yang Dialami Golongan Tersesat

Golongan tersesat mengalami penderitaan.

Rep: Muhyiddin/ Red: Muhammad Hafil
Penderitaan yang Dialami Golongan Tersesat. Foto: Ilustrasi ajaran sesat.
Foto: Republika/Mardiah
Penderitaan yang Dialami Golongan Tersesat. Foto: Ilustrasi ajaran sesat.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Ulama dan pemikir asal Turki, Badiuzzaman Said Nursi mengungkapkan penderitaan yang dialami golongan sesat. Menurut dia, orang-orang yang sesat tidak merasakan penderitaan pahit dan siksaan jiwa yang menakutkan untuk sementara waktu.

Karena, menurut dia, mereka telah mencampakkan diri dalam kubang kelalaian guna menghilangkan kesadaran dan melenyapkan sensitifitas mereka dengan mabuk. 

Baca Juga

"Namun, begitu salah seorang dari mereka sudah dekat kepada liang kubur, tiba-tiba ia merasakannya! Hal itu karena jika tidak menjadi hamba yang tulus kepada Allah, ia akan mengira berkuasa atas dirinya sendiri," tulis Nursi dikutip dari buku berjudul "Tuntunan Generasi Muda" terbitan Risalah Nur. 

Menurut Nursi, dengan ikhtiarnya yang parsial dan sangat terbatas serta kemampuannya yang tak seberapa itu, ia tidak mampu menata diri menghadapi berbagai kondisi dunia yang demikian keras. Pasalnya, ia melihat sejumlah musuh mengelilinginya; mulai dari mikroba yang paling kecil hingga gempa yang dahsyat di mana semua itu siap untuk menghancurkan  kehidupannya.

"Akhirnya ia pun merinding dan ketakutan tiap kali mengkhayalkan dan melihat kuburan," kata Nursi.

Saat manusia dalam kondisi semacam itu, kata dia, berbagai kekhawatiran dunia dan nasib umat manusia memenatkannya. Hal itu lantaran ia menganggap segala yang terjadi dikendalikan oleh hukum alam dan proses kebetulan, bukan tindakan Dzat Yang Maha Esa, Maha Bijaksana, dan Maha Mengetahui, serta tidak dianggap sebagai ketentuan dari Dzat Yang Mahakuasa, Maha Penyayang, dan Maha Pemurah.

Di samping penderitaan yang dialaminya, menurut Nursi, ia juga merasakan penderitaan orang lain. "Maka gempa, penyakit menular, badai, kekeringan, tingginya harga, serta perpisahan dan yang sejenisnya menjadi musibah dan bencana besar yang menyiksa," jelas Nursi.

 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement