Ernst berteori bahwa keluarga Owen sering meminta Said untuk menulis teks alkitabiah dalam bahasa Arab sebagai rasa ingin tahu bagi anggota elit Selatan lainnya. Omar bin Said akan mewajibkan, terkadang menyertakan teks Alquran, mungkin tanpa sepengetahuan perusahaannya yang berbahasa Inggris.
Yasmine Flodin-Ali, seorang mahasiswa pascasarjana Carolina yang mempelajari ras dan Islam di AS mengatakan dokumen-dokumen ini memancing pertanyaan, "Apakah Omar langsung memberi tahu seseorang, hei, ini X, Y, Z? Atau apakah orang-orang tidak terlalu peduli dengan apa yang dia katakan dan hanya memilih untuk menafsirkan dokumen-dokumen itu sesuka mereka?"
Omar adalah salah satu dari sedikit budak Muslim dari Afrika yang meninggalkan catatan, tetapi pada akhirnya tidak mungkin untuk mengetahui berapa persen populasi yang diperbudak di AS adalah Muslim. Faktanya adalah bahwa sejarah dan latar belakang kompleks mereka tidak menarik bagi pemilik budak," kata Flodin-Ali.
Flodin-Ali menunjukkan bahwa hampir semua catatan yang berkaitan dengan orang-orang yang diperbudak selamat karena disimpan oleh para budak mereka. Akibatnya, gambaran kita tentang kehidupan mereka tidak lengkap.
"Ada semua karya yang ditulis langsung oleh (Omar bin Said), jadi mencoba menganalisis itu dan memikirkan apa batasan arsip, apa yang bisa disampaikan arsip kepada kami, sungguh mengasyikkan," tutur dia.
Naskah yang baru diperoleh menambah jumlah teks yang Omar bin Said kutip dalam tulisannya, membuka jalan baru untuk analisis ilmiah. Tetapi dokumen tersebut juga memberikan pelajaran bagi non-spesialis karena beberapa alasan, menurut Ernst. Pertama, menggambarkan kehadiran Islam sebagai agama dan bahasa Arab sebagai bahasa di Amerika Selatan pada bagian awal sejarah Amerika.
Hubungan Omar dengan keluarga terkemuka di Carolina Utara juga patut diperhatikan, yakni saudara laki-laki James Owen, John, yang merupakan gubernur Carolina Utara dan wali UNC selama 20 tahun. "Dan secara lokal, kisah Said adalah bagian dari sejarah kami. Ini sangat langsung. Dia ada di Fayetteville, dia ada di Wilmington di sebagian hidupnya," ucap Flodin-Ali.
Dokumen ini bergabung dengan materi lain yang berkaitan dengan Omar bin Said di Perpustakaan Wilson, termasuk dua foto Said. Beberapa dari bahan ini dipinjamkan ke Smithsonian National Museum of African American History and Culture pada tahun 2017 untuk pameran Slavery and Freedom museum.
Sebuah panduan yang dibuat oleh pustakawan penelitian dan instruksi Carolina Utara Sarah Carrier menunjuk ke bahan-bahan terkait Said di Perpustakaan Wilson, serta yang ada di perpustakaan lain. Secara keseluruhan, menurut Blythe, materi-materi itu memperluas gambaran kita tentang individu-individu yang diperbudak.