Senin 29 Nov 2021 18:26 WIB

Liga Arab Kecam Presiden Israel Serbu Masjid Ibrahimi

Liga Arab menyebut Israel melakukan Yudaisasi terus-menerus.

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Ani Nursalikah
Liga Arab Kecam Presiden Israel Serbu Masjid Ibrahimi . Pasukan Israel berjaga di sekitar Masjid Ibrahimi di Hebron, Tepi Barat, Palestina.
Foto: WAFA
Liga Arab Kecam Presiden Israel Serbu Masjid Ibrahimi . Pasukan Israel berjaga di sekitar Masjid Ibrahimi di Hebron, Tepi Barat, Palestina.

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Liga Arab mengecam serbuan Presiden Israel Isaac Herzog ke Masjid Ibrahimi di Kota Hebron.

Dalam sebuah pernyataan, Liga Arab menyatakan langkah itu dilakukan sehubungan dengan Yudaisasi yang berlanjut dan terus-menerus terhadap tempat-tempat suci Islam dan Kristen oleh otoritas pendudukan yang mengabaikan dan provokasi terhadap perasaan umat Islam.

Baca Juga

Organisasi pan-Arab ini menambahkan penyerbuan ini terjadi dalam konteks Yudaisasi Masjid Ibrahimi setelah pembagian temporal dan spasial. Hal ini menyusul pembantaian yang dilakukan oleh seorang ekstremes Israel pada 1994 yang menewaskan 29 jamaah.

"Kota Hebron, terutama Masjid Ibrahimi dan rencana penyerbuan Israel menegaskan kegigihan otoritas pendudukan untuk melanjutkan agresi dan rasisme mereka," kata pernyataan Liga Arab seperti dikutip dari laman WAFA News Agency, Senin (29/11).

 

Organisasi ini menambahkan, langkah ini membuktikan kelanjutan mereka melakukan terorisme resmi dan terorganisir terhadap rakyat Palestina, hak-hak mereka di pendekatan yang sama weperti Israel praktikkan dalam Yudaisasi Yerusalem yang menargetkan Masjid Al-Aqsa dan seluruh wilayah Palestina yang diduduki.

Liga Arab juga menekankan perlunya komunitas internasional, terutama Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk menolak penargetan kesucian Islam dan Kristen termasuk penyerbuan ini serta memikul tanggung jawab untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menghadapi agresi ini. Liga Arab juga mengingatkan Misi Internasional Hebron bahwa otoritas pendudukan secara paksa mengakhiri pekerjaannya pada Januari 2019.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement