Ahad 05 Dec 2021 16:27 WIB

UII Yogyakarta Kukuhkan Tiga Guru Besar

Bertambahnya guru besar bisa menghasilkan pemikiran relevan menjawab kebutuhan zaman.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yusuf Assidiq
Kampus UII Yogyakarta.
Foto: Wahyu Suryana.
Kampus UII Yogyakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta baru saja mengukuhkan tiga guru besar. Ada Guru Besar Bidang Ilmu Manajemen, Prof Muafi serta Prof Nur Feriyanto, dan Guru Besar Bidang Ilmu Ekonomi Pembangunan Prof Jaka Sriyana.

Prof Muafi menyampaikan pidato Kontribusi Human Capital dalam Implementasi Tanggung Jawab Sosial Lingkungan (TJSL) BUMN. Implementasi TJSL yang ideal yang berdampak ke kesejahteraan dan pembangunan berkelanjutan belum berjalan baik.

Kendala yang dihadapi salah satunya belum dimilikinya road map TJSL yang jelas, terintegrasi, spesifik, terarah, dan terukur mencapai visi dan misi perusahaan. Ia berpendapat, permasalahan ini bisa menghambat implementasi TJSL di lapangan.

Khususnya, dalam mengalokasikan dana dan eksekusi program unggulan TJSL dari BUMN di Indonesia. Human capital merupakan konsep yang melihat manusia sebagai aset yang bisa memiliki nilai dan dapat dikembangkan untuk memberi keuntungan.

"Perlu ada sinergi perumusan program-program terkait core business perusahaan, sehingga tercapai efektivitas pencapaian visi dan misi perusahaan," kata Muafi di Auditorium Abdulkahar Mudzakkir, Kampus Terpadu UII.

Sedangkan, Prof Nur menyampaikan pidatonya yang berjudul Digitalisasi UMKM untuk Meningkatkan Ekonomi dan Pencapaian SDGs. Ia berpendapat, peran-peran UMKM dalam perekonomian nasional sangat penting dan menjadi semakin penting.

Selama periode 2015-2019, setiap tahun jumlahnya semakin meningkat yang memberi kontribusi PDB sekitar 60 persen lebih banyak dari usaha besar hanya 40 persen. Menurut Nur, pandemi Covid-19 membuat 80 persen UMKM mengalami penurunan omzet.

Kendala utama penjualan terletak di daya beli masyarakat yang menurun, adanya protokol kesehatan yang menghambat penjualan serta kurangnya interaksi fisik. Karenanya, pemerintah harus mempelopori terjadinya transformasi dalam bisnis.

"Untuk menciptakan bisnis baru yang lebih efisien dan efektif dalam pemaksimalan era revolusi 4.0, sehingga dapat menekan biaya produksi yang akan berdampak meningkatkan daya saing produk di pasar," ujar Nur.

Terakhir, Prof Jaka menyampaikan pidato berjudul Reformasi Kebijakan Fiskal untuk Pemulihan Ekonomi Nasional yang Berkeadilan. Ia menilai, pandemi Covid-19 secara serius telah berdampak negatif bukan hanya ke perekonomian nasional.

Namun, berdampak serius kondisi fiskal pemerintah, sehingga perlu meningkatkan belanjanya untuk pemulihan ekonomi. Meski begitu, Jaka melihat, tuntutan atas kenaikan belanja tersebut tidak mampu diikuti oleh kenaikan penerimaan negara.

Khususnya, kata Jaka, pajak. Ia mengingatkan, peningkatan belanja tanpa diikuti peningkatan penerimaan pemerintah tentu akan menimbulkan defisit anggaran yang semakin besar, bahkan berisiko untuk mengalami fenomena over hank utang.

"Usaha menyehatkan kondisi fiskal negara perlukan reformasi kebijakan bersifat fundamental meliputi alokasi belanja, sumber pendapatan, dan pembiayaan defisit ," kata Jaka.

Rektor UII, Prof Fathul Wahid menekankan, UII dua tahun terakhir melaksanakan percepatan pengukuhan guru besar dan lektor kepala. Hal itu didasari beban dosen yang butuh fasilitas khusus mempercepat perkembangan sistem pendidikan agar semakin baik.

"Semoga, bertambahnya jajaran guru besar dapat menghasilkan pemikiran relevan untuk menjawab kebutuhan zaman dan menciptakan iklim akademik yang makin baik," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement