Dokumen pedagangan batik dalam bahasa Tiongkok yang tersimpan di rumah kuno tersebut diperkirakan dibuat sekitar tahun 1910. Museum Nyah Lasem juga menyimpan peninggalan mesin jahit manual yang diperkirakan digunakan untuk memproduksi pakaian batik pada masa lalu, uang kuno, serta koleksi perangko."Keluarga Soe San Tio dulu merupakan filatelis," kata Baskoro.
Museum Nyah Lasem mulai dibuka untuk umum sekitar tahun 2016.Pada masa itu orang yang hendak mengunjungi museum harus lebih dulu menghubungi Baskoro melalui nomor telepon yang tersedia di akun instagram Museum Nyah Lasem.
Sekarang orang bisa mengunjungi Museum Nyah Lasem tanpa harus membuat janji bertemu dengan Baskoro sebagai pemandu. Selain itu, pengelola berencana membuka museum setiap hari.Dalam upaya mempromosikan Museum Nyah Lasem, pengelola museum menyelenggarakan beberapa kegiatan seni budaya seperti pameran seni "Cerita Nyah Lasem" serta pameran foto "Tridaya" pada November hingga Desember 2021.
Pengelola juga menyediakan tempat makan di halaman museum sehingga orang bisa makan sekaligus melihat museum.Selanjutnya pengelolaberencana melakukan pembenahan untuk meningkatkan daya tarik museum dengan harapan Museum Nyah Lasem bisa menjadi salah satu tujuan wisata utama di daerah Lasem.
Di sampingmengunjungi Museum Nyah Lasem, wisatawan yang ingin melihat kepingan sisa kehidupan masyarakatLasem pada masa lalu bisa mendatangi bangunan-bangunan lama lain seperti Kelenteng Cu An Kiong di Jalan Dasun, Kelenteng Gie Yong Bio di Jalan Babagan, Kelenteng Karangturi Po An Bio, Pondok Pesantren Al Hidayat Asy Syakiriyyah di Soditan, dan Pondok Pesantren Kauman di Karangturi.