Senin 13 Dec 2021 23:04 WIB

Tantangan Toleransi di Era Kemajuan Teknologi

Kemajuan teknologi di era sekarang ini menjadi tantangan tersendiri bagi toleransi.

Rep: Muhyiddin/ Red: Muhammad Hafil
kemajuan teknologi di era sekarang ini menjadi tantangan tersendiri . Foto:   Toleransi (ilustrasi)
Foto: Republika/Prayogi
kemajuan teknologi di era sekarang ini menjadi tantangan tersendiri . Foto: Toleransi (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Masyarakat Indonesia sejak dahulu dikenal sebagai masyarakat yang sangat ramah dan santun dengan budi pekerti baik serta toleran. Namun, kemajuan teknologi di era sekarang ini menjadi tantangan tersendiri bagi toleransi di Indonesia.  

Ketua Umum Pengurus Besar Pemuda Muslimin Indonesia, Muhtadin Sabili mengatakan, era globalisasi dan kemajuan teknologi menjadi tantangan terbuka bagi bangsa ini dalam merawat kemerdekaan dan persaudaraan antar sesama elemen bangsa Indonesia.

Baca Juga

“Issue dan paham radikal, intoleransi bahkan terorisme sekonyong datang dan berkembang di negeri yang cinta damai ini bersamaan dengan arus globalisasi dan kemajuan teknologi. Mengusik rasa kedamaian dan kerukunan masyarakat beragama di negeri ini,” ujar Muhtadin dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Senin (13/12).

Menurut dia, era keterbukaan dan kemudahan dalam mengakses informasi juga telah menggiring masyarakat untuk menelan beragam opini yang bersifat provokasi dan informasi yang menyesatkan tanpa data dan fakta. Hal itu lah yang kemudian dapat memecah kerukunan dan kedamaian dalam masyarakat.

Karena itu, menurut Muhtadin, pemerintah, agamawan, tokoh masyarakat serta influencer sangat penting menjadi teladan untuk meminimalisir polarisasi yang terjadi di tengah masyarakat, utamanya dalam hal yang sensitif seperti keyakinan dalam beragama dan kepercayaan masyarakat Indonesia.

“Kasus-kasus intoleransi mengarah kepada kekerasan dan intimidasi terhadap kelompok keyakinan tertentu di Indonesia bahkan banyak disebabkan oleh menyebarnya disinformasi dan hoaks yang memancing konflik dan perseteruan yang berujung rusaknya nilai toleransi dan tenggang rasa serta kerukunan di tengah masyarakat,” katanya.

Sementara, lanjutnya, sistem pendidikan dan budaya nasional belum mampu menjawab tantangan zaman ini. Peserta didik belum optimal mendapatkan pemahaman tentang budi pekerti yang luhur dan persaudaraan antar sesama anak bangsa Indonesia yang beragam suku, agama dan budaya.

“Persamaan hak di dalam pergaulan dan hukum yang berlaku juga berpotensi menjadi penyebab berbagai intoleransi yang terjadi di negeri ini, bagaimana keadilan dan kesetaraan sebagai anak bangsa Indonesia belum dirasakan dalam bingkai negara kesatuan republik Indonesia,” jelas Muhtadin.

Dia menambahkan, kemerdekaan Indonesia yang diperjuangkan dengan segenap jiwa raga para pahlawan, orang tua, ulama serta guru bangsa ini pada ujungnya juga bukan semata demi tercapainya pembangunan fisik dan kesejahteraan umum.

“Namun, kemerdekaan Indonesia yang diraih hakikatnya untuk kerukunan dan kedamaian seluruh bangsa di dunia dengan membangun persamaan, kesetaraan, kebebasan serta persaudaraan,” ucap Muhtadin.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement