Ahad 26 Dec 2021 04:01 WIB

Kedubes Amerika di Saudi Kecam Serangan Milisi Houthi

Laporan CSIS mengungkap serangan kelompok Houthi meningkat dua kali lipat.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Agus raharjo
Pejuang Houthi berjaga di samping spanduk bertuliskan bahasa Arab, Amerika berada di belakang eskalasi militer dan ekonomi serta agresi dan pengepungan yang berkelanjutan selama unjuk rasa menentang dukungan AS kepada koalisi pimpinan Saudi di Sanaa, Yaman, Senin, 10 November 2019.
Foto: AP/Hani Mohammed
Pejuang Houthi berjaga di samping spanduk bertuliskan bahasa Arab, Amerika berada di belakang eskalasi militer dan ekonomi serta agresi dan pengepungan yang berkelanjutan selama unjuk rasa menentang dukungan AS kepada koalisi pimpinan Saudi di Sanaa, Yaman, Senin, 10 November 2019.

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH – Kedutaan Besar Amerika Serikat di Arab Saudi mengecam keras serangan oleh milisi Houthi Yaman, Jazan, Arab Saudi Selatan. Serangan kelompok Houthi menewaskan dua orang dan melukai tujuh orang.

Dilansir dari Arab News, Sabtu (25/12), Kedutaan AS berkicau melalui laman resmi Twitter bahwa serangan Houthi semacam itu tidak hanya memperpanjang konflik tetapi juga memperpanjang penderitaan rakyat Yaman. Selain itu, tindakan tersebut juga dinilai dapat mengekspos kehidupan orang-orang Saudi pada bahaya. Sekaligus mengancam hidup lebih dari 70 ribu ekspatriat Amerika yang tinggal di Arab Saudi.

Baca Juga

“Kami sekali lagi memperbarui seruan kami kepada kelompok Houthi untuk menghentikan serangan sembrono mereka terhadap rakyat Arab Saudi dan terlibat dalam upaya diplomatik yang disponsori oleh PBB,” bunyi pernyataan tersebut, dikutip, Sabtu (25/12).

Selain mengecam milisi Houthi, Kedubes Amerika Serikat di Saudi itu juga menyampaikan pernyataan belasungkawa kepada keluarga para korban. Amerika Serikat berharap keluarga korban bersabar dan para korban yang terluka cepat mendapatkan kesembuhan.

Menurut laporan Center for Strategic and International Studies (CSIS) yang berbasis di Washington, kelompok Houthi yang didukung Iran telah meningkatkan serangan dua kali lipat terhadap sasaran sipil di Arab Saudi. Peningkatan serangan terjadi selama sembilan bulan pertama tahun ini, dibandingkan dengan periode yang sama pada 2020.

"Pasukan Pengawal Revolusi Iran dan Hizbullah di Libanon telah memainkan peran penting dalam menyediakan senjata, teknologi, pelatihan, dan bantuan lainnya kepada Houthi yang berbasis di Yaman,” kata laporan itu, dilansir Alarabiya, Rabu (22/12).

Laporan tersebut mengungkapkan, Houthi melancarkan lebih dari 4.000 serangan di Arab Saudi, di dalam Yaman dan serangan maritim lainnya di Teluk, dari Januari 2016 hingga 21 Oktober 2021. Kemudian dari Januari hingga September tahun lalu, Houthi melakukan rata-rata 38 serangan per bulan. Serangan meningkat menjadi rata-rata 78 per bulan. Total serangan Houthi ke Saudi pada tahun ini 702 serangan.

Peningkatan serangan terjadi akibat serangan Houthi yang terus berlanjut di Marib, salah satu benteng terakhir pemerintah Yaman di utara. Menurut CSIS, Agustus tahun ini terjadi 133 total serangan. Ini merupakam jumlah serangan Houthi tertinggi dalam satu bulan sejak 2016.

“Faktanya, jumlah total serangan dalam sembilan bulan pertama 2021 lebih tinggi dari keseluruhan tahun 2020,” kata laporan CSIS.

Data juga menunjukkan telah terjadi penurunan jumlah serangan Houthi di Arab Saudi pada 2019 dan 2020. Ini menunjukkan bahwa Houthi terus memiliki kemampuan dan keinginan untuk melakukan serangan stand-off. CSIS mengatakan, Houthi menggunakan senjata yang lebih canggih, seperti rudal jelajah dan balistik, yang menunjukkan peningkatan kemampuan serangan mereka.

"Houthi terus melengkapi tindakan mereka di Arab Saudi dengan serangan militer di beberapa wilayah Yaman, termasuk di Provinsi Marib,” kata CSIS.

Menurut analisis CSIS, Houthi meningkatkan kampanye perang tidak teratur melawan Arab Saudi dan negara-negara Teluk lainnya. Hal ini sebagai pertanda meningkatnya kekerasan di Yaman. “Meskipun Saudi berhasil menembak jatuh rudal dan drone Houthi, Iran dan Houthi telah menunjukkan kemampuan yang gigih untuk mengancam Arab Saudi dan negara-negara lain di Teluk,” kata laporan CSIS.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement