Rabu 29 Dec 2021 17:25 WIB

China: Jika Taiwan Lewati 'Garis Merah', akan Kami Tindak

China sebut provokasi kelompok prokemerdekaan akan meningkat ke depan.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
 Dalam foto yang dirilis oleh Kantor Berita Militer Taiwan ini, senjata artileri Taiwan menembakkan peluru tajam selama latihan anti-pendaratan sebagai bagian dari latihan Han Guang yang diadakan di sepanjang pantai Pingtung di Taiwan, pada Kamis, 16 September 2021. Lima tahunan Taiwan hari latihan militer Han Guang dirancang untuk mempersiapkan pasukan pulau itu untuk serangan oleh China, yang mengklaim Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya sendiri.
Foto: AP/Military News Agency
Dalam foto yang dirilis oleh Kantor Berita Militer Taiwan ini, senjata artileri Taiwan menembakkan peluru tajam selama latihan anti-pendaratan sebagai bagian dari latihan Han Guang yang diadakan di sepanjang pantai Pingtung di Taiwan, pada Kamis, 16 September 2021. Lima tahunan Taiwan hari latihan militer Han Guang dirancang untuk mempersiapkan pasukan pulau itu untuk serangan oleh China, yang mengklaim Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya sendiri.

REPUBLIKA.CO.ID,  BEIJING -- Pemerintah China siap menjegal upaya Taiwan jika ia nekat menapaki jalan menuju kemerdekaan. Beijing memprediksi provokasi Taiwan dan intervensi asing atas isu kemerdekaannya akan meningkat tahun depan.

“Jika pasukan separatis di Taiwan yang mencari kemerdekaan memprovokasi, mengerahkan kekuatan atau bahkan menerobos garis merah, kami harus mengambil tindakan drastis,” kata juru bicara Kantor Urusan Taiwan China Ma Xiaoguang dalam konferensi pers pada Rabu (29/12), dikutip laman the Straits Times.

Baca Juga

Ma mengungkapkan, China bersedia untuk mencoba yang terbaik untuk mencapai reunfikasi damai dengan Taiwan. Namun Beijing tak segan bertindak jika ada “garis merah” kemerdekaan yang dilanggar.

Dia menyebut, provokasi kelompok pro-kemerdekaan dan intervensi asing dapat meningkat tajam serta lebih intens dalam beberapa bulan mendatang. “Tahun depan, situasi Selat Taiwan akan menjadi lebih kompleks dan parah,” ujarnya.

Taiwan menjadi salah satu isu pokok yang dibahas dalam pertemuan virtual Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden dan Presiden Cina Xi Jinping 16 November lalu. Pada kesempatan itu, Biden menekankan bahwa Washington mendukung Taiwan Act. Taiwan Act adalah undang-undang (UU) yang menetapkan bahwa AS akan mendukung pertahanan diri Taiwan. Caranya dengan menyediakan penjualan senjata atau peralatan militer serta mencegah upaya apa pun oleh China untuk merebut paksa Taiwan.

Berbeda dengan pernyataan Biden, China justru menyebut bahwa presiden AS tersebut menentang kemerdekaan Taiwan. Menurut China, pada kesempatan itu Xi turut menekankan bahwa siapa pun yang “bermain api” di sekitar Taiwan, pasti akan membakar diri mereka sendiri. Kementerian Luar Negeri Taiwan kemudian menuding Beijing dengan sengaja menyalahartikan pernyataan Biden.

Taiwan sudah berulang kali menyatakan bahwa ia adalah negara merdeka dengan nama Republik China. Taiwan selalu menyebut bahwa China tidak pernah memerintahnya dan tidak berhak berbicara atas namanya. Namun sebaliknya, China mengklaim Taiwan sebagai bagian yang tak terpisah dari teritorialnya. Hal itu membuat hubungan kedua belah pihak dibekap ketegangan.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement