Ahad 02 Jan 2022 06:54 WIB

Tahukah Generasi Milenal Apa Itu Semangat Revolusi Masa Perang Kemerdekaan?

Mencari semangat revolusi harus ditularkan kepada generasi milenial

Seorang ibu di masa oendudukan Belanda di Jakarta berdebat dengan tentara Belanda ketika hendak menjenguk kerabatnya dengan melintasi garis demarkasi willayah.
Foto: Ridwan Saidi
Seorang ibu di masa oendudukan Belanda di Jakarta berdebat dengan tentara Belanda ketika hendak menjenguk kerabatnya dengan melintasi garis demarkasi willayah.

IHRAM.CO.ID, Oleh Ridwan Saidi, Politisi Senior, Sejarawan, dan Budayawan Betawi.

Pada foto di atas tampak seorang ibu di Jakarta pada zaman pendudukan antara tahun 1946-1949 dari melintasi garis batas (demarkasi) dari daerah republik mau ke kawasan pendudukan Belanda. Ia dikepung serdadu kolonial Belanda. Tampaknya ia tak gentar atau alami demoralisasi.

Ia menjelaskan dengan teratur bahwa ia ada anak yang lagi sakit yang tinggal di daerah pendudukan. Ibu ini tidak adu omong, tapi beri penjelasan yang masuk akal. Serdadu Belanda mengizinkan ibu dari kalangan rakyat biasa itu melanjutkan perjalanan.

Perempuan ini dikepung sekitar 15 serdadu, tapi dia bisa tenang seraya wajah tengadah vis a vis Belanda yang meladeninya dengan wajah dan sikap merendahkan bersimbah ejekan.

Apa yang menyebabkan si ibu tabah? Itulah semangat revolusi. Semangat revolusi yang diolah di pentas Orde Lama cuma retorika pemancing tepuk tangan.

Misalnya, waktu saya masih kanank-kanak, ada pesta olahraga nasional. Meski di tengah peran kemerdekaan Pekan Olahraga Nasional I mampu sukses digelar pada 1948 di Solo. Kala itu kegiatan belajar mengajar tidak berhenti. Pegawai negeri aktif seperti biasa walau semua sadar kita sedang melakukan revolusi menegakkan kemerdekaan.

Kabinet kala itu memang jatuh bangun. Namun, jalannya pemerintahan tak terganggu karena walau kabinet demisioner ada sekjen kementerian yang menjaga berputarnya roda pemerintahan. 

Semangat itu di zaman milenal ini sepertinya sudah tak ada lagi dan berganti dengan gerakan memasuki alam mimpi. Apa saja yang dibuat pihak berkuasa menjadi yang terhebat di dunia. KA cepat terhebat walau tak kunjung jadi, malah infrastruktur terkadang ada yang dibongkar lagi karena salah koordinat. Laos yang tak banyak bicara KA cepatnya sudah angkut penumpang.

Malaysia ketika menggeser pusat kegiatan dari Kuala Lumpur ke Damasraya melakukannya seperti kerja biasa tanpa dipidatokan siang dan malam. Anak didik sekoah sekarang sudah dikursus dongeng melalui pelajaran sejarah.

Maka, kembalikan semangat revolusi dengan mengajarkan sejarah yang benar. Rekonstruksi sejarah Indonesia diperlukan. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement