Sesuaikan budaya masjid
Hana Alasry seorang aktivis komunitas Muslim Amerika Yaman mengisahkan tentang kunjungannya ke masjid saat sholat Jum'at. Ia mengaku mendapat kesan tidak mengenakkan dan kurang ramah remaja.
"Aku masuk melalui pintu depan dan melepas sepatuku. Sebelum mengambil dua langkah, saya langsung bertemu dengan seorang pria tua berjanggut putih yang bergegas ke arah saya. Dia mengatakan kepada saya dalam bahasa Arab bahwa saya perlu mengambil sepatu saya dan pergi ke belakang dan masuk dari pintu masuk wanita. Sementara itu, beberapa pria memperhatikan saya ditegur dengan ramah. Dia kemudian memberi tahu saya bahwa saya bisa masuk melalui jalan ini sekali ini saja,"katanya.
"Saya merasa dipermalukan dan langsung ingin keluar dari masjid. Tapi aku tetap tinggal, "tambahnya.
Seandainya budaya masjid menjadi salah satu interaksi kenabian, pria itu akan membiarkan Hana membuat kesalahan dan datang kepadanya nanti untuk memberi tahu tentang pintu masuk wanita untuk referensi di masa mendatang. Sementara pria itu bermaksud baik, inisiatifnya tidak lembut atau ramah.
"Semua penjaga (pengurus, pekerja, sukarelawan) masjid harus dilatih dalam perilaku kenabian. Mereka harus tahu seni mengatur waktu. Apa gunanya mengikuti kebijakan masjid yang ketat jika Anda menjauhkan seseorang dari cinta rumah Allah?," katanya.