Senin 17 Jan 2022 17:44 WIB

Epidemiolog Ingatkan Soal Kekurangan Nakes Akibat Varian Omicron

Lonjakan kasus omicron di Indonesia sudah dimulai sejak Januari 2022.

Rep: Haura Hafizhah/ Red: Agus raharjo
Sejumlah pasien bersama keluarga antre untuk mendapatkan perawatan dan ruangan di Ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Al-Ihsan, Baleendah, Kabupaten Bandung, Kamis (30/12). Ahli epidemiologi lapangan dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) dr. Yudhi Wibowo mengingatkan pemerintah daerah untuk memastikan kesiapan fasilitas layanan kesehatan (Faskes). Hal tersebut guna mengantisipasi peningkatan kasus Covid-19 menyusul munculnya varian Omicron. Foto: Republika/Abdan Syakura
Foto: REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Sejumlah pasien bersama keluarga antre untuk mendapatkan perawatan dan ruangan di Ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Al-Ihsan, Baleendah, Kabupaten Bandung, Kamis (30/12). Ahli epidemiologi lapangan dari Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) dr. Yudhi Wibowo mengingatkan pemerintah daerah untuk memastikan kesiapan fasilitas layanan kesehatan (Faskes). Hal tersebut guna mengantisipasi peningkatan kasus Covid-19 menyusul munculnya varian Omicron. Foto: Republika/Abdan Syakura

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Pakar epidemiologi dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman mengatakan, akan terjadi kenaikan kasus varian omicron di Indonesia. Menurutnya, hal ini nantinya berdampak pada kekurangan sumber daya manusia (SDM) di bidang tenaga kesehatan (nakes).

"Jumlah SDM yang bekerja sebagai nakes lebih aware kondisi tubuh dan tahu status mereka, misalnya dalam kasus kontak atau positif, sehingga mereka banyak nanti yang menjalani isolasi karantina. Dalam hal ini lama-lama kami akan kekurangan SDM nakes tersebut," katanya kepada Republika.co.id, Senin (17/1/2022).

Baca Juga

Ia melanjutkan, nantinya juga pekerja-pekerja di mal atau penjual dan distributor makanan berkurang. Kondisi ini yang membuat ekonomi semakin sulit. Pemerintah harus mencari jalan keluar tekait kondisi seperti ini varian omicron menyebar secara cepat dan ekonomi pun turun.

"Ini yang terjadi di hampir semua negara yang akhirnya membuat kolaps, seperti yang saya rasakan di sini, di Australia. Stok makanan berkurang dan untuk testing pun sekarang sulit," kata dia.

Ia menambahkan, varian omicron memang tidak menyebabkan gejala berat tetapi berdampak luas bagi kesehatan masyarakat dan sektor lainnya. Sehingga dalam hal ini masyarakat tetap waspada dan terapkan protokol kesehatan (prokes).

"Apalagi yang belum vaksin sama sekali seperti anak-anak, ibu hamil dan lainnya. Pasti akan terdampak varian omicron ini," kata dia.

Sebelumnya diketahui, perkembangan kasus omicron di Indonesia diprediksi mengalami lonjakan dalam beberapa pekan ke depan. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan, kenaikan kasus omicron ini akan lebih cepat dan tinggi. Meskipun begitu, ia meminta masyarakat tak panik jika terjadi kenaikan kasus secara cepat.

"Minta tolong dikomunikasikan dengan baik ke seluruh rakyat, nanti kalau ada kenaikan jumlah kasus yang cepat dan banyak, tidak usah panik, kita terus waspada,” ujar Menkes saat konferensi pers usai rapat terbatas evaluasi PPKM, dikutip pada Senin (17/1/2022).

Menkes Budi menyebut, beberapa negara telah mengalami puncak kasus omicron. Puncak kasus tersebut dicapai dengan cepat dan tinggi antara 35 hingga 65 hari. Di Indonesia, kenaikan kasus mulai terlihat di awal Januari.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement