Selasa 18 Jan 2022 13:45 WIB

Pusat Studi Bencana IPB dan Kementan Bahas Bencana Hidrologis

Webinar ini bentuk nyata kehadiran kampus dalam rangka mengedukasi kebencanaan.

Pusat Studi Bencana (PSB) Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) IPB University bersama Kementerian Pertanian RI menggelar webinar Mitigasi Pangan Menghadapi Bencana Hidrologis: Ketersediaan Stok Pangan dan Perlindungan Petani di Pulau Jawa.
Foto: Dok IPB University
Pusat Studi Bencana (PSB) Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) IPB University bersama Kementerian Pertanian RI menggelar webinar Mitigasi Pangan Menghadapi Bencana Hidrologis: Ketersediaan Stok Pangan dan Perlindungan Petani di Pulau Jawa.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- Pusat Studi Bencana (PSB) Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) IPB University bersama Kementerian Pertanian RI kembali menyelenggarakan webinar series Bimbingan Teknis secara daring. Tema yang diangkat yaitu Mitigasi Pangan Menghadapi Bencana Hidrologis: Ketersediaan Stok Pangan dan Perlindungan Petani di Pulau Jawa.  Webinar series yang digelar beberapa waktu lalu ini merupakan bentuk nyata kehadiran kampus dan pihak terkait dalam rangka mengedukasi kebencanaan.

Dr Ernan Rustiadi, kepala LPPM IPB University menyebutkan bahwa pihaknya menyambut baik pelaksanaan diskusi ini. Ia menyebut, diskusi pangan di Indonesia tidak mungkin mengabaikan peran dari Pulau Jawa.

"Dengan luas 7 persen dari total luas daratan Indonesia, Pulau Jawa mampu menyumbang hampir 60 persen total beras di Nusantara," katanya seperti dikutip dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Senin (17/1).

Hal ini diperkuat oleh Usep Supriatman, anggota Komisi 1 Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Bogor. Dalam pemaparannya, ia  menjelaskan bahwa produksi pangan dan hortikultura menjadi penyumbang besar pendapatan daerah.

"Tentu ini bisa dikatakan juga berbanding lurus dengan tempat petani melakukan budidaya," katanya.  Ia melanjutkan, curah hujan yang tinggi dalam beberapa tahun belakangan ini, menjadi masalah tersendiri ketika terjadi luapan dan genangan air di sawah atau ladang. Bahkan, katanya, tidak sedikit  area persawahan yang terendam banjir.

"Petani butuh solusi.  Karena itu kami ingin pihak kampus seperti IPB University dapat membantu kesusahan menangani dampak dari bencana hidrometeorologis ini," terangnya.

Sementara itu, Dr Doni Yusri, kepala PSB LPPM IPB University berharap, webinar kali ini dapat memberikan wawasan dan pengetahuan kepada peserta tentang manajemen logistik mitigasi bencana. Ia menjelaskan, dengan skema manajemen tersebut, masyarakat terdampak bencana khususnya petani tidak lagi was-was karena terganggunya mata pencaharian dan kebutuhan hidup sehari-hari.

"Katakanlah saat banjir melanda areal pertanian sejak beberapa waktu lalu dihadirkan solusi asuransi pertanian," kata Doni Yusri.

Namun, katanya, asuransi ini hanya menutup kerugian bercocok tanam petani, tidak mencakup kebutuhan hidup mereka yang hilang sebagai akibat hilangnya mata pencaharian. Dosen IPB University itu menambahkan, dalam konteks kebencanaan, maka sudah sewajarnya bantuan-bantuan kebencanaan juga diberikan kepada petani maupun peternak.

Pada kesempatan yang sama, Dr Aceng Hidayat, sekretaris Institut IPB University yang juga kepala Kantor Manajemen Risiko dan Perlindungan Lingkungan Kerja (KMRPLK) IPB University menyajikan data-data empirik kemampuan pengelolaan lahan oleh para petani serta skema untuk mengantisipasi kesulitan petani saat bencana hidrometeorologis datang. Ia menjelaskan bahwa petani harus dibekali dengan wawasan yang cukup agar mereka dapat mengantisipasi hadirnya becana ini setiap tahun. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement