Rabu 19 Jan 2022 17:00 WIB

Klaim Anies Banjir Cepat Hilang dan 93 RT yang Masih Tergenang

Anies mengatakan penanganan banjir di Ibu Kota dilakukan secara senyap.

Anak-anak bermain saat terjadi banjir di Jalan Bungur Besar Raya, Kemayoran, Jakarta, Selasa (18/1/2022). Banjir tersebut terjadi karena buruknya drainase di jalan tersebut serta tingginya intensitas hujan. Republika/Putra M. Akbar
Foto: Republika
Anak-anak bermain saat terjadi banjir di Jalan Bungur Besar Raya, Kemayoran, Jakarta, Selasa (18/1/2022). Banjir tersebut terjadi karena buruknya drainase di jalan tersebut serta tingginya intensitas hujan. Republika/Putra M. Akbar

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Antara, Zainur Mahsir Ramadhan

Hujan yang melanda wilayah DKI Jakarta beberapa hari terakhir mengakibatkan sejumlah titik tergenang dan banjir. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan namun mengeklaim penanganan banjir di Ibu Kota beberapa hari terakhir dilakukan dengan kerja cepat dan senyap atas izin Allah SWT.

Baca Juga

"Jakarta dilanda hujan ekstrem tapi bisa ditangani cepat. Kenapa? Atas izin Allah, kerja sistematis dan kerja cepat itu membuatkan hasil," kata Anies melalui akun @aniesbaswedan di Jakarta, Rabu (19/1/2022).

Anies juga mengungkapkan penanganan banjir di Ibu Kota oleh jajarannya dilakukan secara senyap dan tuntas. Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu mengungkapkan banjir di sejumlah wilayah Ibu Kota pada Selasa (18/1/2022) akibat hujan dengan intensitas ekstrem.

Anies mencatat curah hujan di Kemayoran saat itu mencapai 204 milimeter, di Teluk Gong 193 mm, di Pulomas 177 mm, dan Kelapa Gading 163 mm. "Curah hujan di atas 150 mm adalah kondisi ekstrem. Kapasitas drainase di Jakarta berkisar antara 50-100 mm. Bila terjadi hujan di atas 100 mm per hari, pasti akan terjadi genangan banjir di Jakarta," katanya.

Gubernur DKI ini menambahkan akibat hujan ekstrem hingga terjadi banjir maka prioritas Pemprov DKI Jakarta adalah memastikan warga aman dan tak ada korban jiwa. Selain itu, lanjut dia, memastikan semua usaha pompa dikerjakan agar banjir bisa surut dalam waktu maksimal enam jam setelah hujan berhenti.

"Alhamdulillah, berkat kesiapan dan tanggapnya jajaran Pemprov DKI sebagian besar titik banjir kemarin sudah surut di hari yang sama," katanya. Anies menyebut lebih dari 100 pompa bergerak diaktifkan dan belasan truk pemadam kebakaran diturunkan dan sebanyak 480 pompa stasioner juga dalam posisi siap.

"Surut cepat karena semua sumber daya dikerahkan. Itulah kerja jajaran DKI, senyap dan tuntas," katanya.

DKI Jakarta namun dinilai belum siap mengantisipasi banjir. Pengamat Tata Kota dari Universitas Trisakti, Nirwono Joga, mengatakan, dengan adanya banjir dan genangan yang terjadi dalam dua hari berturut-turut, menunjukkan DKI belum siap mengantisipasi banjir. Curah hujan ekstrim dinilainya tidak bisa menjadi alasan terus menerus.

“Padahal curah hujan yang cenderung tinggi menjelang puncak musim hujan di akhir Januari dan awal Februari, sudah bisa diprediksi,” kata Nirwono kepada Republika, Rabu (19/1/2022).

Dia mengatakan, dengan adanya banjir di DKI saat ini, juga menunjukkan DKI yang masih buruk dari segi pengelolaan sistem saluran air atau drainase kota. Sehingga, kata dia Pemprov DKI perlu melakukan rehabilitasi besar-besaran, selain dari memperbesar dimensi yang terhubung dengan situ, danau, embung atau waduk (SDEW) guna menampung limpahan air saluran.

“SDEW juga harus direvitalisasi, dikeruk, diperdalam dan diperluas untuk meningkatkan daya tampung air hujan dan limpasan dari saluran air sekitar,” tuturnya. Tak sampai di sana, Pemprov DKI juga dinilainya harus membenahi semua sungai yang masih kerap kali meluap dan menggenangi pemukiman sekitar. Termasuk, daerah kawasan pesisir guna mengatasi banjir Rob.

Ketua DPRD DKI Jakarta, Prasetyo Edi Marsudi, menyoroti banyaknya Jakarta yang masih belum bebas banjir. Ia menilai Pemprov tidak mengutamakan normalisasi dan naturalisasi. “Apa yang dibuat oleh Gubernur hari ini, perencanaan sumur resapan ini tidak ada gunanya,” kata Prasetyo kepada awak media.

Dia meminta Anies bisa merampungkan normalisasi, alih-alih dari program yang dianggap tidak bermanfaat. Jika normalisasi kurang, katanya, perlu diperbaiki lebih serius dan ditinjau untuk selanjutnya dibereskan.

“Bukan semata-mata tiba-tiba ujug-ujug ada sumur resapan. Ini tidak ada gunanya buat masyarakat Jakarta,” tuturnya.

Dia menilai, karena normalisasi atau naturalisasi yang tidak dikerjakan dengan serius, banjir dan genangan terus terjadi di DKI. Terlebih, ketika hujan sejak Selasa kemarin dinilainya kecil, namun tetap berdampak terjadinya genangan di banyak titik.

“Udah nggak karu-karuan. Fokuslah sama kerjaan, sayang anggaran besar kalau hasilnya tetap banjir,” ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement