Jumat 21 Jan 2022 02:17 WIB

81 Tahun Era Ayyubiyah dari Salahuddin Al Ayyubi

Salahuddin Al Ayyubi menyebarkan paham sunni.

Rep: Zainur Mahsir/ Red: Muhammad Hafil
Salahuddin al-Ayubi atau Saladin (ilustrasi).
Foto: Wikipedia.org
Salahuddin al-Ayubi atau Saladin (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,KAIRO – 848 Tahun silam, tahun 567 H atau 1174 M, Negara Ayyubiyah berdiri setelah mengalahkan dan mengusir Fatimiyah dari Mesir. Pada tahun tersebut, Mesir, kembali lagi berada di bawah kekuasaan Khilafah Abbasiyah berkat Salahuddin Al Ayyubi.

Pada masa tersebut, Salahudin kembali menyebarkan kepercayaan Sunni, alih-alih dari Syiah yang dianut oleh Fatimiyah. Layaknya periode perang Salib di Mesir dan Syam, Negara Ayyubiyah merupakan negara militer. Dalam konteks politik pada saat itu, Salahuddin memutuskan untuk membangun benteng di Kairo, yang pembangunannya dimulai pada 527 H / 1176 M. 

Baca Juga

Namun demikian, mengutip Egypt Today Kamis (20/1), penyelesaiannya tidak terjadi selama masa hidup Salahuddin. Kementerian Pariwisata dan Purbakala Mesir mengatakan, benteng itu, rampung pada 1208 M. Ketiadaan Salahuddin saat benteng rampung, karena ia yang lebih dahulu berpulang.

Pada tanggal 4 Maret 1193, pemimpin Islam terkenal itu, Salahuddin, meninggal pada usia 56 tahun dengan demam yang digambarkan oleh para sejarawan sebagai penyakit aneh. Setelah meninggalnya sang Sultan, Ayyubiyah yang meliputi Syam, Palestina, dan Mesir, terpecah. Perpisahan wilayah, dilatarbelakangi persaingan di antara anggota keluarga.

Diketahui, setelah Salahuddin wafat, putranya Imad Al-Din Abi Al-Fath Utsman yang dijuluki Al-Aziz, mengambil alih kekuasaan Mesir. Era Ayyubiyah di Mesir berlangsung selama 81 tahun dan berakhir di tangan kaum Mamluk.

 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement