Rabu 26 Jan 2022 05:30 WIB

Kasus Edy Mulyadi, Ini Keterangan Ketua Majelas Adat Dayak

Agustin Teras Narang mengimbau sepihak untuk bersikap arif dalam keluarkan sikap.

Edy Mulyadi (kanan) meminta maaf terkait pernyataannya soal Kalimantan tempat
Foto: Tangkapan Layar Youtube Bang Eddy.
Edy Mulyadi (kanan) meminta maaf terkait pernyataannya soal Kalimantan tempat

REPUBLIKA.CO.ID, PALANGKARAYA -- Ketua Majelis Pertimbangan Masyarakat Adat Dayak Nasional (MADN) Agustin Teras Narang mengajak sekaligus meminta kepada seluruh elemen masyarakat di Pulau Kalimantan tetap tenang dan arif dalam menyikapi pernyataan Edy Mulyadi yang diduga menghina serta merendahkan hutan maupun masyarakat Kalimantan. Masyarakat Kalimantan yang sangat taat hukum tentunya perlu menjaga situasi kondusif dan menghormati seluruh proses hukum terhadap dugaan penghinaan tersebut.

"Begitu pun, kita berharap agar penegak hukum menindaklanjuti laporan masyarakat sesuai prosedur yang berlaku, menuntaskan penyelidikan dan penyidikan, hingga proses selanjutnya menurut ketentuan hukum yang berlaku," ucapnya dalam keterangan pada Selasa (25/1/2022).

Baca Juga

Mantan Presiden MADN itu juga berharap, seluruh pihak bersikap arif dalam menyampaikan pernyataan sentimentil, meski memiliki perbedaan kepentingan politik. Momen ini juga mesti jadi pembelajaran bagi semua pihak untuk tidak menganggap sepele kehidupan masyarakat Indonesia yang beragam.

Terlebih, lanjut dia, bagi masyarakat adat Dayak yang sudah dari dahulu banyak tinggal, membangun peradaban, serta memelihara kehidupan harmonis dengan alam di hutan.

Kemudian, untuk dipahami, hutan bukan melulu tempat tinggal bagi flora dan fauna. Hutan merupakan jantung kehidupan manusia sejak dari dulu, hingga detik ini."Kekayaan sumber daya alam hutan Kalimantan, tak hanya menghidupi masyarakat adat Dayak, tapi juga menggerakkan pembangunan negara ini, bahkan dunia," tegas Gubernur Kalimantan Tengah periode 2005-2015 itu.

Menurut Anggota DPD RI itu, kekayaan alam batu bara hingga migas dari hutan Kalimantan telah menggerakkan perekonomian, sekaligus berkontribusi pada tersedianya oksigen bagi kehidupan planet bumi. Untuk itu, tak heran Kalimantan juga disebut sebagai paru-paru dunia.

Anggota MPR RI ini pun mengajak semua pihak, agar tidak memandang remeh hutan. Terlebih di Indonesia banyak masyarakat adat lainnya yang bergantung hidup dan kebudayaannya dari hutan. Dengan begitu, semoga perdebatan terkait Ibu Kota Nusantara, tidak menghilangkan nalar serta adab dalam berdialektika.

"Mari rawat demokrasi tanpa memicu friksi, terlebih dalam situasi bangsa yang masih memiliki banyak tantangan karena pandemi," demikian Teras Narang.

Sebelumnya, pemilik saluran Youtube Bang Edy Channel, Edy Mulyadi, meminta maaf terkait dengan pernyataan Kalimantan sebagai 'tempat jin buang anak'. Menurut dia, istilah 'tempat jin buang anak' itu untuk menggambarkan tempat yang jauh.

"Jangankan Kalimantan, dulu Monas itu disebut tempat 'jin buang anak'," ujarnya lewat akun Youtube pribadinya, Senin (24/1/2022).

Baca juga : Arteri Dahlan dan Edy Mulyadi Diadukan ke Polisi, Siapa yang akan Diproses?

Begitu pula, dia melanjutkan, Bumi Serpong Damai (BSD) yang pada era 1980-1990-an termasuk tempat jin buang anak. "Tapi, bagaimana pun jika teman di Kalimantan merasa terganggu, saya minta maaf."

Ia pun mengulangi perkataannya yang kontroversial itu. Edy mengatakan, saat ini Indonesia punya tempat bagus dan mahal, yakni Jakarta. "Lalu kita jual lagi, kita pindah ke 'tempat jin buang anak',' ujarnya.

Jadi, dia menyebut, sekali lagi, konteks 'jin buang anak' dalam pernyataan itu adalah untuk menggambarkan tempat jauh, bukan untuk mendiskreditkan pihak tertentu.

 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 

A post shared by Republika Online (@republikaonline)

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement