Rabu 26 Jan 2022 09:33 WIB

Setelah Direvitalisasi, Gereja Bizantium di Gaza Dibuka Kembali

Pemugaran dilakukan oleh organisasi Prancis dan Inggris.

Rep: Alkhaledi Kurnialam/ Red: Ani Nursalikah
 Warga Kristen Palestina mendatangi Gereja Latin di Gaza untuk mengikuti misa tengah malam Natal yang diadakan lebih awal karena situasi keamanan, Kota Gaza,  24 Desember 2017. Tahun ini, Israel melarang warga Kristen Gaza berkunjung ke Yerusalem. Setelah Direvitalisasi, Gereja Bizantium di Gaza Dibuka Kembali
Foto: EPA
Warga Kristen Palestina mendatangi Gereja Latin di Gaza untuk mengikuti misa tengah malam Natal yang diadakan lebih awal karena situasi keamanan, Kota Gaza, 24 Desember 2017. Tahun ini, Israel melarang warga Kristen Gaza berkunjung ke Yerusalem. Setelah Direvitalisasi, Gereja Bizantium di Gaza Dibuka Kembali

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Gereja yang dibangun sejak masa Bizantium atau abad kelima telah kembali diresmikan dan dibuka di Gaza, Senin (24/1/2022). Proyek ini dilakukan selama tiga tahun, dengan penguasa Hamas di Jalur Gaza mengkampanyekan bantuannya kepada saudara-saudara Kristen mereka.

Sisa-sisa gereja dan biara pertama kali ditemukan di Jabalia, sebuah kota di Gaza Utara, pada 1997 di atas area seluas sekitar 800 meter persegi. Lantai gereja dihiasi dengan apa yang oleh pejabat Hamas sebagai mosaik langka, termasuk penggambaran binatang, adegan berburu, dan pohon palem.

Baca Juga

Pengunjung sekarang dapat memandangi mosaik dari jalan setapak kayu yang baru dibangun. Kementerian pariwisata Gaza mengatakan dinding asli gereja itu dihiasi dengan teks-teks keagamaan yang ditulis dalam bahasa Yunani kuno yang berasal dari era Kaisar Theodosius II, yang memerintah Bizantium dari tahun 408 hingga 450.

Pada upacara yang menandai pembukaan kembali situs tersebut, ulama Kristen paling senior di Gaza, Uskup Agung Alexios dari Tiberias, mengenang sejarah panjang Kekristenan di wilayah pesisir. Ia mencatat monastisisme dimulai di Jalur Gaza pada 280.

 

Tetapi jumlah orang Kristen di Gaza telah menurun selama bertahun-tahun, banyak dari mereka telah beremigrasi, terutama setelah gerakan Islam Hamas merebut kekuasaan pada 2007. Menurut pejabat gereja setempat, hanya ada sekitar 1.000 orang Kristen di daerah kantong itu, dibandingkan dengan sebelum 2007 saat penganut Kristen berjumlah 7.000 orang.

Issam al-Daalis yang mengepalai departemen pekerjaan pemerintah di Gaza mengatakan revitalisasi situs itu adalah contoh "pelukan" Hamas terhadap saudara-saudara Kristen di Gaza. Pemugaran dilakukan oleh organisasi Prancis Premiere Urgence Internationale dengan biaya hampir Rp 3,5 miliar. British Council juga mendukung pekerjaan tersebut. Saat ini, sekitar 2,3 juta orang tinggal di Gaza yang telah diblokir oleh Israel sejak 2007.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement