Jumat 04 Feb 2022 19:19 WIB

Metode Pendidikan ala Rasulullah SAW

Sebagai seorang mualim atau guru, Nabi SAW merupakan contoh yang sempurna

Rasulullah
Foto:

Pria itu lantas bersandar pada sebuah pohon. Dalam keadaan patah-arang, pengelana ini tiba-tiba mendapati unta yang tadi dicari-carinya itu sedang berjalan mendekatinya. Karena hatinya begitu gembira, lisannya tak sengaja berucap, "Ya Allah, Engkau adalah hambaku dan aku adalah Rabb-Mu. Rasulullah SAW menjelaskan, Allah sangat gembira dengan tobat hamba-Nya melebihi kegembiraan lelaki dalam kisah tersebut."

Metode lainnya ialah menjawab pertanyaan yang diajukan para sahabat. Begitu pula sebaliknya. Nabi SAW kadang kala mengajukan pertanyaan secara retoris kepada umatnya. Dengan teknik itu, beliau menstimulus keingintahuan dan perhatian mereka. Cara tersebut pernah dialami Mu'adz bin Jabal. 

Saat sedang menempuh perjalanan, Rasulullah SAW bertanya kepadanya, "Maukah engkau aku beri tahukan tentang pokok, tiang, dan puncak amal? Mu'adz pun mengiyakan. Lantas, beliau meneruskan penjelasannya, Pokok amal adalah Islam. Tiangtiangnya adalah shalat. Puncaknya adalah jihad di jalan Allah."

Tidak hanya sampai di situ. Rasulullah SAW kembali bertanya retoris, "Maukah engkau aku beri tahu tentang kunci perkara itu semua? Mu'adz mengangguk. Maka, beliau menyentuh lidahnya dengan ujung jari, Jagalah ini (lisan). Apakah setiap manusia akan dimintai pertanggung jawaban dari ucapan-ucapannya? tanya sang sahabat."

"Semoga engkau selamat. Tidaklah manusia dicampakkan ke dalam neraka dengan cara diseret pada wajahnya atau dahinya kecuali disebabkan oleh kata-kata yang diucapkan oleh mulut mereka,"sabda Rasul SAW. Di samping berkisah atau tanya-jawab, beliau juga menggunakan pengajaran yang variatif. Metode tersebut dilakukan untuk menghindari rasa bosan yang mungkin saja muncul dari rutinitas. Selain itu, cara ber selang-seling juga berfungsi membuat para pendengar lebih terkesan.

Menurut kesaksian Abdullah bin Mas'ud, Rasulullah SAW memilih hari-hari tertentu untuk menyampaikan mau'idzah kepada para sahabat. Sebab, beliau khawatir kami merasa bosan, kata Ibnu Mas'ud. Mau'idzah itu dapat diartikan sebagai ceramah atau nasihat yang berisi peringatan kepada umat.

Rasulullah SAW juga memberikan keteladanan tentang pendidikan yang berempati. Karena itu, pengajaran yang beliau berikan mudah dipahami oleh umatnya sekalipun mereka memiliki daya tangkap yang berbeda-beda. Misalnya, ketika beliau menghadapi seorang penggembala dari golongan Arab Badui yang mempertanyakan keadaan anaknya.

 

sumber : Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement