IHRAM.CO.ID,SLEMAN -- Bencana angin kencang masih menjadi ancaman nyata bagi masyarakat di Kabupaten Sleman selama sepekan terakhir. Turunnya hujan dengan intensitas lebat disertai angin kencang menyebabkan kerusakan sejumlah fasilitas umum di Sleman.
Pada 3 Februari 2022 sore, kejadian angin kencang melanda mulai Kapanewon Depok, Ngaglik dan Gamping. Dampak kejadian ada pohon tumbang di 17 titik, rumah rusak menimpa dua unit, akses jalan rusak tiga titik dan reklame rusak empat titik.
Kemudian, mengganggu jaringan listrik di lima titik, banjir sungai di satu titik dan kerusakan kendaraan sebanyak 13 unit. Meski begitu, sampai saat ini tidak ada korban jiwa yang diakibatkan kejadian angin kencang di Kabupaten Sleman.
Menanggapi kejadian tersebut, Bupati Sleman, Kustini Sri Purnomo, memberikan imbauan kepada masyarakat Sleman agar mewaspadai adanya potensi bencana yang diakibatkan cuaca ekstrem. Kesigapan kepada bencana harus terus ditingkatkan.
"Apalagi, Sleman merupakan daerah rawan bencana, terutama seperti angin kencang dan erupsi Gunung Merapi," kata Kustini usai berkoordinasi dengan BPBD Sleman, Jumat (4/2).
Saat ini, Kustini terus melakukan koordinasi bersama BPBD Sleman dan instansi-instansi terkait mempersiapkan langkah-langkah mitigasi bencana yang diperlukan. Dari informasi terkini, BMKG telah mengeluarkan peringatan dini cuaca ekstrim.
Rekomendasi tersebut turut menjadi pertimbangan Pemkab Sleman dalam koordinasi untuk mempersiapkan langkah mitigasi bencana. Kustini menuturkan, ia telah pula menginstruksikan Dinas Lingkungan Hidup Sleman untuk pemotongan dan pemangkasan.
Terutama, lanjut Kustini, terhadap pohon-pohon besar yang sudah rapuh dan rawan tumbang. Sosialisasi terkait ancaman bencana cuaca ekstrim ini dilakukan sampai tingkat kapanewon untuk dilanjutkan hingga tingkat kalurahan maupun padukuhan.
Sehingga, informasi dapat disampaikan langsung kepada masyarakat luas. Kustini menilai, langkah-langkah pencegahan ini tidak bisa dilakukan Pemkab Sleman saja, namun perlu andil masyarakat memperhatikan kondisi lingkungan masing- masing.
"Untuk meminimalisir hal-hal yang tidak diinginkan akibat cuaca ekstrim," ujar Kustini.