Kamis 17 Feb 2022 18:30 WIB

Sifat-Sifat Oang Berakal yang Diungkap Alquran

Sifat-sifat orang berakal yang diungkap Alquran dalam surat Ar Rad 22.

Rep: Fuji Eka Permana/ Red: Agung Sasongko
Sifat-sifat orang berakal Menurut Alquran. (ilustrasi)
Foto:

Sifat keempat, mereka senantiasa takut kepada hisab yang sifatnya merugikan mereka pada hari kiamat, yaitu hasil yang buruk dari amalan mereka di hari kiamat. Karena banyaknya kejahatan yang dilakukannya selagi hidup di dunia ini. Oleh sebab itu, mereka senantiasa mawas diri, sebelum dihisab amalannya di akhirat kelak. Mereka selalu membandingkan antara amal-amal mereka yang baik dengan yang buruk, selalu berusaha agar amal yang baik lebih banyak dari perbuatan yang buruk, agar neraca kebajikan mereka di akhirat kelak lebih berat daripada neraca keburukan. 

Dalam hal ini, Allah telah berfirman: Maka adapun orang yang berat timbangan kebaikannya, maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan (senang). Dan adapun orang yang ringan timbangan kebaikannya maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah. (QS Al-Qariah: 6 - 9) e.

Sifat kelima, mereka senantiasa sabar dalam menghadapi segala cobaan dan rintangan, demi mengharapkan ridho Allah. Sabar dalam hal ini berarti menahan diri terhadap segala hal yang tidak disenanginya, baik dengan cara melakukan ketaatan dan menunaikan segala kewajiban yang telah ditetapkan agama maupun dengan jalan menjauhi hal-hal yang dilarang agama. Bisa juga berarti bersikap rela menerima segala ketentuan Allah yang telah berlaku berupa musibah dan lain sebagainya.

Kesabaran yang diminta dari setiap orang yang berakal dan beriman adalah kesabaran yang dilakukan semata-mata karena mengharapkan keridhoan Allah dan ganjaran-Nya, bukan kesabaran yang dibuat-buat karena ingin dipuji dan disebut-sebut. Itulah kesabaran yang sejati, yang menjadi sifat bagi orang-orang yang berakal dan beriman.

Sifat keenam, mereka senantiasa mendirikan sholat. Arti "mendirikan sholat" adalah menunaikan dengan cara yang sebaik-baiknya, dengan menyempurnakan rukun dan syaratnya, disertai rasa khusyuk dan tawaduk menghadapkan wajah dan hati kepada Allah semata, tidak dibarengi dengan ria, serta memelihara waktu yang telah ditetapkan untuknya. Hal ini hanya dapat dilakukan bila pada saat-saat melakukan sholat, kita merasa sedang berdiri sendiri di hadapan Allah SWT, Pencipta dan Penguasa semesta alam. Dengan demikian, maka tidak ada sesuatu pun yang dipikirkan pada saat itu, kecuali semata-mata bermunajah kepada Allah.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement