Rabu 02 Mar 2022 09:51 WIB

 Arab Saudi dan Prancis Sepakat Bangkitkan Ekonomi Lebanon

Arab Saudi dan Prancis telah sepakat untuk mendukung kebangkitan ekonomi Lebanon.

Rep: Mabruroh/ Red: Agung Sasongko
Sebuah monumen yang mewakili keadilan berdiri di depan silo gandum yang menjulang tinggi yang hancur dalam ledakan besar Agustus 2020 di pelabuhan yang menewaskan lebih dari 200 orang dan melukai lebih dari 6.000, di Beirut, Lebanon, 4 Agustus 2021.
Foto: AP/Hussein Malla
Sebuah monumen yang mewakili keadilan berdiri di depan silo gandum yang menjulang tinggi yang hancur dalam ledakan besar Agustus 2020 di pelabuhan yang menewaskan lebih dari 200 orang dan melukai lebih dari 6.000, di Beirut, Lebanon, 4 Agustus 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH — Arab Saudi dan Prancis telah sepakat untuk mendukung LSM Lebanon dengan memberikan bantuan jutaan dolar, agar Libanon bangkit dari keterpurukan krisis keuangan dan ekonomi. Arab Saudi dan Prancis menandatangai kesepakatan pada Senin (28/2) untuk mendanai beberapa proyek kemanusiaan di Libanon.

Dilansir dari Alaraby, Rabu (2/3), Kedua negara akan membentuk mekanisme bersama untuk membiayai dan mendukung kegiatan beberapa organisasi non-pemerintah di Lebanon, menurut kantor berita pemerintah Arab Saudi. Bantuan Saudi dilaporkan berjumlah 36 juta dolar AS (Rp 519 miliar). 

Baca Juga

Dukungan keuangan akan mencakup rumah sakit dan pusat perawatan kesehatan primer yang selama ini paling parah terkena dampak krisis. Dukungan juga akan diberikan ke fasilitas pendidikan dasar, serta organisasi yang bertanggung jawab untuk mendistribusikan makanan dan susu kepada anak-anak di komunitas yang paling rentan.

Kesepakatan itu muncul setelah pembicaraan diadakan oleh Menteri Luar Negeri Saudi Faisal bin Farhan bin Abdullah dan Prancis Jean-Yves Le Drian. “Le Drian dijadwalkan mengunjungi Beirut pada 3 dan 4 Maret tetapi menunda perjalanannya karena situasi di Ukraina,” kata sumber diplomatik Prancis.

Hubungan Lebanon dengan Arab Saudi mencapai titik terendah pada tahun lalu atas apa yang dikatakan Riyadh sebagai pengaruh politik yang berkembang dari Hizbullah yang bersekutu dengan Iran di negara itu.

Krisis itu mengancam akan memutuskan Lebanon dari bantuan dan perdagangan Teluk. Padahal Riyadh telah menjadi donor utama bagi Beirut selama beberapa dekade terakhir dan bersekutu dengan banyak politisi yang didukung barat.

Tidak jelas apakah Arab Saudi berusaha masuk kembali ke Lebanon melalui inisiatifnya dengan Prancis, atau apakah inisiatif tersebut semata-mata untuk tujuan kemanusiaan. Pada Januari, Kuwait mempresentasikan kepada pemerintah Lebanon daftar istilah yang diminta negara-negara Teluk untuk mencairkan hubungan, termasuk menerapkan Resolusi PBB yang akan membuat Hizbullah menyerahkan persenjataannya.

Advertisement
Berita Lainnya