Selasa 19 Apr 2022 00:23 WIB

Studi: Polusi dari Emisi memasak Bisa Bertahan di Udara Selama Berhari-hari

Memasak menyumbang hingga 10 persen dari emisi partikel (PM).

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Gita Amanda
Aerosol organik seperti yang dilepaskan saat memasak dapat bertahan di atmosfer selama beberapa hari, karena struktur nano yang dibentuk oleh asam lemak saat dilepaskan ke udara.
Foto: SheKnows
Aerosol organik seperti yang dilepaskan saat memasak dapat bertahan di atmosfer selama beberapa hari, karena struktur nano yang dibentuk oleh asam lemak saat dilepaskan ke udara.

REPUBLIKA.CO.ID, Aerosol organik seperti yang dilepaskan saat memasak dapat bertahan di atmosfer selama beberapa hari, karena struktur nano yang dibentuk oleh asam lemak saat dilepaskan ke udara. Hal ini diungkap oleh sebuah studi kolaborasi dari University of Birmingham dan University of Bath.

Jenis aerosol ini telah lama dikaitkan dengan kualitas udara yang buruk di daerah perkotaan, tetapi dampaknya terhadap perubahan iklim akibat ulah manusia sulit diukur. Itu karena keragaman molekul yang ditemukan dalam aerosol, dan interaksinya yang bervariasi dengan lingkungan.

Baca Juga

"Memasak menyumbang hingga 10 persen dari emisi partikel (PM). Menemukan cara yang akurat untuk memprediksi hal ini akan memberi kita cara yang jauh lebih tepat untuk juga menilai kontribusinya terhadap perubahan iklim," kata penulis utama Dr Christian Pfrang seperti dilansir dari Times Now News, Ahad (17/4/2022).

Para ahli di University of Birmingham dan University of Bath menyelidiki perilaku lapisan tipis asam oleat, asam lemak tak jenuh yang biasanya dilepaskan saat memasak. Dalam studi yang dipublikasikan di Atmospheric Chemistry and Physics, mereka menggunakan model teoritis yang dikombinasikan dengan data eksperimen untuk memprediksi jumlah waktu aerosol yang dihasilkan dari memasak dapat berkeliaran di lingkungan.

"Semakin jelas bagaimana molekul seperti asam lemak dari memasak bisa mengatur diri mereka sendiri menjadi bilayer dan bentuk regular lainnya dan menumpuk dalam aerosol yang mengapung di udara. Ini benar-benar mengubah seberapa cepat mereka terdegradasi, seberapa lama bertahan di dalam atmosfer, dan bagaimana pengaruhnya terhadap polusi dan cuaca," kata rekan penulis Dr Adam Squires, dari University of Bath.

Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa memasak dengan gas menghasilkan sekitar dua kali lebih banyak PM2.5 daripada memasak dengan kompor listrik. Memasak dengan gas juga menghasilkan nitrogen oksida (NOx), termasuk nitrogen oksida (NO) dan nitrogen dioksida (NO2), karbon monoksida (CO), dan formaldehida (CH2O atau HCHO). Semua polutan ini bisa menjadi risiko kesehatan jika tidak dikelola dengan baik.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement