Kamis 12 May 2022 03:00 WIB

Upaya Tiada Henti Multilateral untuk Lawan Kebangkitan ISIS 

Sejumlah negara terus bersinergi untuk hadang kebangkitan ISIS

Rep: Alkhaledi Kurnialam/ Red: Nashih Nashrullah
Para anggotaISIS (ilustrasi). Sejumlah negara terus bersinergi untuk hadang kebangkitan ISIS
Foto: AP
Para anggotaISIS (ilustrasi). Sejumlah negara terus bersinergi untuk hadang kebangkitan ISIS

REPUBLIKA.CO.ID, RABAT–Koalisi global melawan ISIS berkumpul di Maroko untuk mengoordinasikan upaya mencegah para ekstremis melakukan kebangkitan di Timur Tengah dan Afrika Utara, Rabu (11/5/2022). 

Menlu Amerika Serikat Antony Blinken sebenarnya direncanakan memandu pertemuan dengan Menlu Maroko Nasser Bourita, tetapi terhambat karena dinyatakan positif Covid-19. 

Blinken dilaporkan digantikan diplomat senior Victoria Nuland. Pejabat senior dari lusinan negara lain juga menghadiri pertemuan tersebut, dengan pengamanan ketat di sebuah hotel mewah yang tersembunyi di Marrakesh. 

Diskusi itu mencakup upaya stabilisasi di daerah-daerah yang sebelumnya terkena dampak Daesh (ISIS), berikut langkah strategis melawan propaganda radikalisasi kelompok itu dan pertempuran melawan pejuang asing, kata Kementerian Luar Negeri Maroko. 

Dilansir dari Al Arabiya, Rabu (11/5/2022), pertemuan itu terjadi tiga tahun setelah koalisi membantu pejuang Suriah untuk menghancurkan kekhalifahan versi ISIS di Irak dan Suriah. Terutama karena para kelompok militan itu berupaya untuk meningkatkan kehadiran mereka di wilayah Sahel dan Afrika Barat. 

Koalisi Global melawan Daesh (istilah bahasa Arab untuk ISIS) dibentuk pada 2014 setelah para militan merebut sebagian besar Irak dan Suriah dan sekarang termasuk 84 negara bagian dan organisasi internasional.

Para pejabat telah lama memperingatkan bahwa ISIS terus menimbulkan ancaman di seluruh dunia meskipun kehilangan basis teritorial. 

ISIS telah bersumpah untuk membalas dendam atas pemimpinnya yang sulit ditangkap, Abu Bakr al-Baghdadi, yang tewas dalam serangan Amerika Serikat di Suriah Utara pada akhir 2019. Dia juga mendesak para pendukungnya untuk mengambil keuntungan dari perang di Ukraina untuk melakukan serangan di Eropa.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement