Sabtu 14 May 2022 00:17 WIB

Biden Kemungkinan akan Datangi Zona Demiliterisasi Korea 

Biden dijadwalkan melakukan lawatan ke Korea Selatan dan Jepang pada 20-24 Mei.

Pemandangan daerah Gaepung-gun di sisi Korea Utara dari Zona Demiliterisasi (DMZ), seperti yang terlihat dari observatorium Odusan di Paju, Gyeonggi-do, Korea Selatan, 17 Juni 2020. Presiden Amerika Serikat Joe Biden sedang mempertimbangkan untuk mendatangi Zona Demiliterisasi (DMZ) Korea jika ia berkunjung ke Asia bulan ini.
Foto: EPA-EFE/JEON HEON-KYUN
Pemandangan daerah Gaepung-gun di sisi Korea Utara dari Zona Demiliterisasi (DMZ), seperti yang terlihat dari observatorium Odusan di Paju, Gyeonggi-do, Korea Selatan, 17 Juni 2020. Presiden Amerika Serikat Joe Biden sedang mempertimbangkan untuk mendatangi Zona Demiliterisasi (DMZ) Korea jika ia berkunjung ke Asia bulan ini.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat Joe Biden sedang mempertimbangkan untuk mendatangi Zona Demiliterisasi (DMZ) Korea jika ia berkunjung ke Asia bulan ini. Hal itu dikatakan juru bicara Gedung Putih Jen Psaki, Kamis (12/5/2022).

Biden dijadwalkan melakukan lawatan ke Korea Selatan dan Jepang pada 20-24 Mei dan melakukan pembicaraan dengan mitra-mitradi kedua negara itu. Psaki mengatakan Gedung Putih, kantor presiden AS, sedang menyempurnakan jadwal kunjungan Biden itu di Asia.

Baca Juga

Banyak pejabat tertinggi negara asing yang ketika melakukan lawatan ke kawasan tersebut mendatangi DMZ, yang memisahkan Korea Utara dan Korea Selatan dan beberapa mantan presiden AS juga pernah berkunjung ke zona tersebut. Namun, mantan Presiden AS Donald Trump menjadi presiden pertama AS yang telah bertemu dengan pemimpin Korea Utara di DMZ.

Perjumpaan itu terjadi ketika Trump melakukan pertemuan ketiga dengan Pemimpin Korut Kim Jong Un pada Juni 2019. Ini sebagai bagian dari upayanya, yang tidak berhasil, untuk membujuk Kim menghentikan program nuklir dan rudal.

DMZ kerap digambarkan sebagai tapal batas terakhir dunia peninggalan Perang Dingin. Zona tersebut sudah ada sejak Perang Korea pada 1950-1953. Perang tersebut berakhir dengan gencatan senjata, bukan dengan perjanjian perdamaian.

Psaki, sementara itu, mengulang perkiraan yang dibuat AS bahwa Korea Utara kemungkinan siap melakukan tes nuklir ketujuh kalinya pada awal Mei.

Korut belum pernah lagi menguji coba bom nuklir sejak 2017, namun sudah melanjutkan pengujian peluru kendali balistik antarbenua tahun ini. Pejabat pada kantor presiden Korea Selatan juga mengatakan bahwa Korut tampaknya siap melakukan tes baru nuklir dan kemungkinan akan meluncurkan lebih banyak rudal sebelum tes tersebut, menurut laporan kantor berita Korsel, Yonhap.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement