Masjid yang memesona ini merupakan milik kaum Muslimin, khususnya yang tergabung dalam Asosiasi Islam Connecticut Selatan (IASC). Pihak takmir setempat tidak membangunnya dari nol, tetapi membelinya sebagai sebuah bangunan-jadi yang siap pakai.
Sebelum menjadi kepunyaan umat Islam, man sionyang berwarna dominan cokelat itu dibangun oleh seorang pengusaha lokal. Laman resmi Masjid al-Rawdah (www.rawdatalquran.org)tidak menyebutkan kapan rumah bergaya gotik- baru itu didirikan. Bagaimanapun, bangunan tersebut lantas beralih fungsi menjadi rumah pemakaman dan kremasi milik perusahaan yang bernama Szymaszek-Taylor Funeral Home.
Pada 2007, usaha rumah-duka itu gulung tikar. Pemiliknya kemudian meminta jasa sebuah korporasi broker properti untuk memperantarai penjualan. Cukup lama mansiontersebut berselimut debu, tanpa ada satu pun yang mau membe linya.
Sekitar tahun 2010, komunitas Muslim Connecticut Selatan mengumumkan kebutuhan akan tempat ibadah baru di wilayah setempat.Setelah bermusyawarah, tokoh-tokoh Islam lokal mulai mencari lokasi yang cocok untuk berdirinya sebuah masjid. Bagai gayung bersambut, mansionbekas rumah duka itu lalu menarik minat Muslimin lokal untuk membelinya.
Mereka pertama-tama membentuk sebuah perkumpulan agar pembelian properti itu dapat berjalan dengan lancar. Maka pada Februari 2011, berdirilah Asosiasi Islam Connecticut Selatan. Pada tahun yang sama, organisasi itu diakui secara hukum oleh pemerintah negara- bagian Connecticut.
Pada 2012, IASC berhasil menyelesaikan pembelian rumah besar itu. Tidak lama kemudian,mansiontersebut resmi dibuka sebagai masjid untuk khalayak umum. Nama yang dipilih oleh organisasi itu adalah Masjid al-Rawdah.Tempat ibadah ini dimaksudkan tidak hanya sebagai pusat aktivitas religi Islam. Fungsinya juga menyajikan syiar agama tauhid kepada publik dan sekaligus mempromosikan hubungan persahabatan dan tenggang rasa dengan warga dari agama lain.