Selasa 07 Jun 2022 20:05 WIB

Hutang Barat kepada Islam yang Nyaris Tak Pernah Diakui

Barat enggan jujur terhadap besarnya hutang kepada Islam

Sains Islam (ilustrasi). Barat enggan jujur terhadap besarnya hutang kepada Islam
Sains Islam (ilustrasi). Barat enggan jujur terhadap besarnya hutang kepada Islam

Oleh : Ustadz Yendri Junaidi Lc MA, dosen STIT Diniyyah Puteri Padang Panjang, alumni Al-Azhar Mesir

REPUBLIKA.CO.ID, Tulisan ini bukan untuk mengkultuskan masa lalu. Bukan juga untuk memandang sebelah mata kemajuan yang dicapai peradaban lain. Tulisan ini sekadar mengungkap fakta sejarah yang sering atau sengaja diabaikan.

Mengembalikan rasa percaya diri sebagian orang yang terlalu terkesima dengan apa yang ada pada orang lain dan lupa bahwa semua itu berasal dari Islam.  

Baca Juga

Peradaban Barat terlahir dari rahim peradaban Islam. Ini fakta yang enggan diakui oleh Barat kecuali segelintir kalangan pemikir yang mau objektif seperti Montgomery Watt, Sigrid Hunke, Max Vintéjoux, Thomas Schuetz, Fuat Sezgin, dan beberapa lainnya.  

Penulis buku "The Miracle of Arab" menangkap ada pengabaian yang disengaja (sebagian membahasakannya dengan ‘konspirasi diam’) terhadap peran dan pengaruh Islam terhadap peradaban Barat. Seolah-olah kemajuan yang dicapai Barat saat ini merupakan perpanjangan langsung dari peradaban Yunani dan Romawi kuno.  

 

Kalaupun ada yang mengakui peran kaum Muslimin, itu tak lebih sekadar perantara. Perlu diketahui, Barat bisa menikmati pemikiran-pemikiran Socrates, Plato, Aristotle dan para filosof Yunani lainnya adalah berkat karya-karya ilmuwan Muslim seperti al-Farabi, Ibnu Sina, dan Ibnu Rusyd. Merekalah yang berjasa mengenalkan tokoh-tokoh Yunani kuno itu pada dunia, termasuk pada Barat sendiri.   

Tokoh yang paling berjasa mentransfer ilmu-ilmu Islam ke Barat adalah Friedrich II, kaisar Romawi dan Raja Sisilia pada abad 12 Masehi. Ia sangat tertarik pada semua yang bernuansa Islam. Sampai-sampai  ia memiliki satu kompi pasukan khusus yang semuanya kaum Muslimin. Ia bahkan lebih lancar berbahasa Arab daripada bahasa Jerman, bahasa ibunya. 

Ia mendirikan Universitas Napoli yang dinilai sebagai Universitas pertama di Eropa. Hampir semua ilmu keislaman diajarkan di sini. Mulai dari kedokteran, farmasi, astronomi, bahkan sastra, seni, tataboga, design busana, sampai cara memotong rambut. Semua diadopsi dari karya-karya ilmuwan Muslim. Tidak heran kalau ada yang mengatakan bahwa Universitas Napoli itu sesungguhnya adalah Universitas Islam.   

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement