Rabu 29 Jun 2022 04:21 WIB

Jurnalis Muslim India Ditangkap karena Kritik PM India di Twitter

Jurnalis Musim India, Mohammed Zubair ditangkap kritik PM India di Twitter.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Agung Sasongko
Massa membawa poster saat berunjuk rasa menentang penghinaan terhadap Nabi Muhammad SAW yang dilakukan oleh politisi India Nupur Sharma di Kedubes India, Jakarta, Jumat (17/6/2022). Massa yang tergabung dalam Aksi 1706 Bela Nabi Muhammad tersebut meminta agar Pemerintah Indonesia memutukan hubungan diplomatik dengan India serta mengecam berbagai tidak kekerasan terhadap umat muslim di India.
Foto: ANTARA/Muhammad Adimaja
Massa membawa poster saat berunjuk rasa menentang penghinaan terhadap Nabi Muhammad SAW yang dilakukan oleh politisi India Nupur Sharma di Kedubes India, Jakarta, Jumat (17/6/2022). Massa yang tergabung dalam Aksi 1706 Bela Nabi Muhammad tersebut meminta agar Pemerintah Indonesia memutukan hubungan diplomatik dengan India serta mengecam berbagai tidak kekerasan terhadap umat muslim di India.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Seorang jurnalis Muslim India, Mohammed Zubair, ditangkap pihak berwajib karena mengkritik Perdana Menteri India Narendra Modi, Senin (27/6/2022). Penangkapan ini terjadi setelah pria yang terkenal sebagai kritikus menuliskan sebuah cuitan di akun Twitter miliknya.

Zubair, merupakan salah satu pendiri situs pengecekan fakta "Alt News". Ia didakwa melanggar dua undang-undang federal, yaitu melakukan tindakan yang merugikan pemeliharaan harmoni dan tindakan yang disengaja dan jahat, dimaksudkan menghasut perasaan marah keagamaan dari kelas mana pun.

Baca Juga

Juru bicara polisi Delhi, Suman Nalwa, mengkonfirmasi dalam sebuah wawancara telepon bahwa tuduhan itu didasarkan pada unggahan Twitter Zubair. "Dia telah mengunggah beberapa hal di akun Twitter-nya yang merendahkan satu komunitas. Isinya sangat provokatif, dan diduga dia melakukannya dengan sengaja," ujar dia.

Saat diminta untuk mengkonfirmasi apa isi cuitan yang dibuar oleh Zubair, Nalwa menyebut ia tidak bisa mengomentari tentang postingan media sosial itu.

Dilansir di Washington Post, Selasa (28/6/2022), pekan lalu Zubair mengatakan dirinya telah menerima pemberitahuan dari Twitter. Pemberitahuan itu menyebut Pemerintah India telah memberi informasi kepada perusahaan tersebut jika akunnya secara keseluruhan, bukan tulisan tertentu, melanggar hukum India.

Menurut media lokal, investigasi yang dilakukan polisi terhadap akun Zubair didorong oleh cuitan dari akun anonim, yang menggaris bawahi unggahan milik Zubair pada 2018 lalu, tentang nama sebuah hotel. Cuitan itu menyebut, “Sebelum 2014 : Honeymoon Hotel. Setelah 2014 : Hanuman Hotel.”

Akun anonim, yang menggunakan nama Hanuman Bhakt sebagai referensi yang jelas untuk salah satu dewa Hindu yang disebutkan dalam posting Zubair, meminta polisi Delhi untuk mengambil tindakan terhadap akun milik Zubair. Menghubungkan kata Hanuman, yang dikatakan selibat, dengan "Honeymoon" dianggap sebagai penghinaan langsung terhadap umat Hindu.

Koordinator program Asia dari Committee to Protect Journalists, selaku sebuah organisasi nirlaba yang mengadvokasi kebebasan pers di seluruh dunia, Steven Butler, mengatakan penangkapan terhadap Zubair menandai rendahnya kebebasan pers di India. Pemerintah telah menciptakan lingkungan yang tidak bersahabat dan tidak aman bagi anggota pers yang melaporkan isu-isu sektarian.

"Pihak berwenang harus segera dan tanpa syarat membebaskan Zubair, serta mengizinkannya untuk melanjutkan pekerjaan jurnalistiknya tanpa campur tangan lebih lanjut," kata Butler dalam keterangan persnya.

Sekelompok situs berita di India, Digipub, juga angkat suara untuk persitiwa ini. Dalam keterangannya, mereka menilai tidak dapat dibenarkan undang-undang ketat seperti itu digunakan sebagai alat untuk melawan jurnalis.

Zubair, yang beragama Islam, di masa lalu pernah mengungkapkan ujaran kebencian yang ditujukan kepada Muslim. Menurut Digipub, dirinya juga pernah ditegur oleh polisi karena cuitan yang menyebut aktivis sayap kanan Hindu.

Modi mendapatkan banyak dikritik karena mengambil pendekatan nasionalis Hindu untuk mengelola ketegangan agama di India dan atas perlakuannya terhadap populasi minoritas Muslim di negara itu. Pada 2002, ketika menjadi menteri utama Gujarat, dia pernah dituduh tidak bertindak setelah kekerasan komunal pecah di negara bagian itu, yang mengakibatkan pembunuhan brutal terhadap 1.000 hingga 2.000 Muslim.

Pratik Sinha, sebagai salah satu pihak yang ikut mendirikan Alt News, mengatakan rekannya dibawa ke lokasi yang dirahasiakan. Baik pengacara Zubair maupun dirinya tidak diberitahu di mana lokasi tersebut.

Zubair disebut saat ini ditahan meskipun telah menerima perlindungan terhadap penangkapan dari Pengadilan Tinggi. Baik dirinya maupun Zubair tidak diberi pemberitahuan yang tepat mengenai penangkapannya, meskipun telah mengajukan permintaan berulang.

Juru bicara polisi, Nalwa, mengatakan dia tidak tahu persis keberadaan Zubair, hanya saja dia akan ditahan polisi hingga Selasa malam. Menanggapi pertanyaan tentang tuduhan Sinha, Nalwa mengatakan dia tidak menerima keluhan apa pun.

Media Al Jazeera sebelumnya sempat bertanya kepada Nalwa tentang kekhawatiran tersebut, yang dia jawab: "Saya belum melihat tweets dan saya tidak menanggapi tweet."  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement