Kamis 30 Jun 2022 00:23 WIB

Pembangkit Listrik Termal Ukraina Hancur Terhantam Serangan Rusia

Pembangkit listrik termal milik Ukraina hancur

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Esthi Maharani
Pembangkit listrik termal milik Ukraina yang berada di wilayah Sievierodonetsk, Luhansk, hancur terhantam serangan Rusia.
Foto: AP/Emergency Situation Ministry Pre
Pembangkit listrik termal milik Ukraina yang berada di wilayah Sievierodonetsk, Luhansk, hancur terhantam serangan Rusia.

REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Pembangkit listrik termal milik Ukraina yang berada di wilayah Sievierodonetsk, Luhansk, hancur terhantam serangan Rusia. Saat ini Rusia diketahui tengah berusaha menguasai wilayah di timur Ukraina.

“Pembangkit listrik tenaga panas Sievierodonetsk hampir hancur total karena pertempuran di wilayah Luhansk,” kata Energoatom (Perusahaan Pembangkit Energi Nuklir Nasional Ukraina) lewat akun Telegram-nya, Rabu (29/6), dilaporkan laman kantor berita Ukraina, Ukrinform.net.

Itu bukan pertama kalinya Rusia menghancurkan pembangkit listrik termal milik Ukraina. Pada awal Maret lalu, pembangkit listrik serupa yang berada di Okhtyrka juga hancur terhantam serangan Rusia.

Serangan ke pembangkit listrik termal Sievierodonetsk terjadi saat Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyampaikan pidato secara virtual dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Organisasi Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Dalam pidatonya, ia menyerukan Rusia agar diisolasi.

“Rusia harus diisolasi. Ia tidak boleh hadir di badan-badan internasional yang ingin dihancurkannya. Tidak boleh ada dialog yang tidak masuk akal sampai ia mulai mencari dialog tersebut,” ujar Zelensky.

Ia pun kembali menekankan bahwa negaranya membutuhkan jaminan keamanan. Oleh sebab itu, tempat bagi Ukraina di ruang keamanan bersama harus ditemukan. Terkait hal tersebut, dia melayangkan kritik tersirat ke NATO. "Kebijakan pintu terbuka NATO seharusnya tidak menyerupai penghalang tiket lama di bawah tanah Kiev: mereka terbuka, dan ketika Anda mendekat, mereka menutup sampai Anda membayar. Apakah Ukraina belum membayar cukup? Apakah kontribusi kami untuk pertahanan Eropa dan peradaban secara keseluruhannya masih belum mencukupi? Apa lagi yang dibutuhkan?" ucapnya.

Sebelumnya Menteri Luar Negeri Ukraina Dmitry Kuleba mengatakan, negaranya belum mempertimbangkan kembali keinginannya bergabung dengan NATO. Namun dia menyebut, rencana itu belum dibatalkan.

Dalam sebuah wawancara dengan stasiun radio Prancis, RFI, Rabu (29/6), Kuleba menolak anggapan bahwa Ukraina sudah membatalkan rencananya untuk bergabung dengan NATO. “Mengapa tidak? Pertanyaan bergabung dengan NATO tertulis dalam konstitusi. Selain itu, struktur blok (NATO) adalah mekanisme keamanan paling efektif di ruang Eropa,” ujarnya.

Kendati demikian, Kuleba menilai, keinginan Ukraina saja tidak cukup untuk bergabung dengan NATO. “Aliansi (NATO) juga perlu menginginkannya (Ukraina bergabung),” ujarnya.

Ia kemudian mengaitkan isu tersebut dengan proses keanggotaan Ukraina di Uni Eropa. Kuleba mengungkapkan, perhimpunan Benua Biru sudah membuat langkah bersejarah dengan memberi Kiev status kandidat. “Tapi kami melihat bahwa sejak awal perang (dengan Rusia), NATO belum membuat langkah apa pun menuju integrasi kami,” ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement