Jumat 01 Jul 2022 00:08 WIB

Rusia Tegaskan Anggota Resimen Azov akan Dibawa ke Pengadilan

Azov merupakan milisi sukarela yang bertempur melawan separatis pro-Rusia.

Rep: Lintar Satria/ Red: Teguh Firmansyah
Dalam foto yang diambil dari video yang dirilis oleh Layanan Pers Kementerian Pertahanan Rusia pada hari Rabu, 18 Mei 2022, prajurit Ukraina berdiri di depan seorang prajurit Rusia setelah mereka meninggalkan pabrik baja Azovstal yang terkepung di Mariupol, Ukraina.
Foto: AP/Russian Defense Ministry Press S
Dalam foto yang diambil dari video yang dirilis oleh Layanan Pers Kementerian Pertahanan Rusia pada hari Rabu, 18 Mei 2022, prajurit Ukraina berdiri di depan seorang prajurit Rusia setelah mereka meninggalkan pabrik baja Azovstal yang terkepung di Mariupol, Ukraina.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Majelis rendah parlemen Rusia mengatakan sejumlah anggota Resimen Azov dari Ukraina akan dibawa ke pengadilan. Hal ini disampaikan satu hari setelah Mahkamah Agung Rusia menunda putusan apakah unit tersebut adalah entitas teroris.

Dalam unggahannya di Telegram, Kamis (30/6) Ketua Duma Vyacheslav Volodin mengatakan Rusia akan menggelar "penyelidikan substansial" pada anggota resimen Azov untuk menentukan "siapa yang terlibat dalam apa."

Baca Juga

Sekutu Presiden Vladimir Putin itu mengatakan mereka yang bertekad "memiliki darah di tangannya" akan menghadapi persidangan.

Resimen Azov bagian dari Garda Nasional Ukraina yang dibentuk pada 2014. Mereka merupakan salah satu milisi sukarela yang bertempur melawan separatis pro-Rusia di wilayah Donbas, Ukraina timur.

Pasukan Azov dianggap pahlawan karena melawan prajurit Rusia yang mengepung Kota Mariupol selama berminggu-minggu.

Nasionalis kulit putih

Milisi itu awalnya muncul dari organisasi politik yang mendukung gagasan nasionalis kulit putih. Kiev mengatakan kini milisi itu sudah menjauh dari ideologi asalnya dan tidak ada hubungannya dengan politik.

Rusia mengatakan mereka masih merupakan kelompok neo-Nazi berbahaya. Moskow ingin menghancurkan unit tersebut dalam perangnya di Ukraina.

Sebanyak 43 anggota resimen itu dibebaskan dalam pertukaran tahanan antara Rusia dan Ukraina pada Rabu (29/6) kemarin. Kiev berharap Rusia dapat membebaskan lebih banyak kombatan.

"(Pertukaran tahanan menyangkut) mereka yang terluka parah dan tidak dapat berpartisipasi dalam pertempuran," kata Volodin di pernyataannya mengenai tukar tahanan tersebut.

Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan mereka memiliki  6.000 lebih prajurit Ukraina yang tertangkap atau menyerah dalam perang. Mahkamah Agung Rusia menunda sidang untuk menetapkan apakah resimen Azov adalah entitas teroris. Langkah yang membuka jalan untuk sidang.

Kerabat tentara Ukraina mengajukan hak mereka yang dilindungi Konvensi Jenewa 1949. Konvensi itu menyatakan tahanan perang harus diperlakukan manusiawi dan segera dibebaskan atau dipulangkan setelah pertempuran aktif mereda.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement