Jumat 01 Jul 2022 13:45 WIB

Nasdem Puji Keberanian Presiden Joko Widodo Kunjungi Ukraina dan Rusia

Kunjungan Jokowi memberikan pesan ke dunia tentang arti penting perdamaian.

 Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan) dan Presiden Joko Widodo berjabat tangan dalam konferensi pers bersama setelah pertemuan mereka di Kremlin di Moskow, Rusia, 30 Juni 2022. Widodo dalam kunjungan misi pembangunan perdamaian ke Rusia dan Ukraina untuk mendesak Rekan-rekan Rusia dan Ukraina untuk membuka dialog dan gencatan senjata.
Foto: EPA-EFE/ALEXANDER ZEMLIANICHENKO/AP POOL / PO
Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan) dan Presiden Joko Widodo berjabat tangan dalam konferensi pers bersama setelah pertemuan mereka di Kremlin di Moskow, Rusia, 30 Juni 2022. Widodo dalam kunjungan misi pembangunan perdamaian ke Rusia dan Ukraina untuk mendesak Rekan-rekan Rusia dan Ukraina untuk membuka dialog dan gencatan senjata.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Fraksi Partai NasDem memuji keberanian Presiden Joko Widodo yang melakukan kunjungan ke Ukraina dan Rusia di tengah situasi perang. Langkah ini penting untuk mendorong perdamaian dunia.

"Saya memuji langkah Pak Jokowi yang berani mengunjungi Ukraina dan Rusia. Itu langkah yang bagus untuk perdamaian dunia," tegas Ketua Fraksi Partai NasDem Roberth Rouw dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, Jumat.

Baca Juga

Keberanian Presiden Jokowi mengunjungi Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dan Presiden Rusia Vladimir Putin di tengah situasi perang merupakan sikap kenegarawanan yang baik bagi seorang kepala negara."Nyali Presiden Jokowi untuk perdamaian dunia menjadi contoh yang baik untuk negara lain," katanya.

Tak hanya itu, kunjungan Jokowi juga memberikan pesan kepada dunia internasional mengenai perdamaian dan nilai-nilai kemanusiaan yang selama ini dijunjung tinggi oleh Indonesia.

Sikap yang dilakukan Jokowi menunjukkan jika bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar dan bisa ikut serta dalam menciptakan perdamaian dunia."Indonesia tidak menginginkan adanya perang. Jika ada masalah tidak perlu diselesaikan dengan perang. Bisa dengan diplomasi dan dengan cara lain yang lebih elegan," katanya.

Perang, kata Roberth, akan menimbulkan traumatik dan derita yang panjang bukan hanya bagi masyarakat kedua negara, tetapi juga untuk warga internasional. Akibat perang ini, distribusi pangan dunia terhambat. Apalagi, banyak negara sangat bergantung dengan pangan yang dihasilkan oleh Ukraina maupun Rusia.

"Ukraina merupakan pengekspor gandum, kalau terganggu maka pangan dunia akan terganggu juga dan harga juga semakin naik tajam. Tentu, efeknya juga terhadap Indonesia," ujarnya.

Roberth berharap ada langkah konkret sebagai tindak lanjut dari kunjungan Presiden Jokowi ke Ukraina dan Rusia. Indonesia bisa menjadi tuan rumah untuk dialog perdamaian di antara kedua negara tetangga tersebut."Kita harapkan Indonesia bisa menjadi mediator untuk perdamaian Rusia dan Ukraina. Semakin cepat damai akan semakin baik untuk dunia," tutur Roberth.

Seperti diketahui, Presiden Jokowi mengadakan pertemuan dengan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, di Istana Maryinsky, Kyiv, Ukraina, pada Rabu (29/6). Setelah Ukraina, Jokowi bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di Istana Kremlin, Moskow, Kamis (30/6).

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement