Sabtu 02 Jul 2022 05:15 WIB

Dino Patti Djalal: Putin tak Gubris Misi Perdamaian Jokowi

Putin dinilai hanya merujuk mengenai hubungan ekonomi Indonesia-Rusia.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Teguh Firmansyah
Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan) dan Presiden Indonesia Joko Widodo (kiri) berjabat tangan sebelum konferensi pers saat pertemuan mereka di Kremlin Moskow di Moskow, Rusia, 30 Juni 2022. Widodo dalam kunjungan misi pembangunan perdamaian ke Rusia dan Ukraina untuk mendesak rekan-rekannya dari Rusia dan Ukraina untuk membuka dialog dan gencatan senjata.
Foto: EPA-EFE/VYACHESLAV PROKOFYEV/SPUTNIK/KREMLIN
Presiden Rusia Vladimir Putin (kanan) dan Presiden Indonesia Joko Widodo (kiri) berjabat tangan sebelum konferensi pers saat pertemuan mereka di Kremlin Moskow di Moskow, Rusia, 30 Juni 2022. Widodo dalam kunjungan misi pembangunan perdamaian ke Rusia dan Ukraina untuk mendesak rekan-rekannya dari Rusia dan Ukraina untuk membuka dialog dan gencatan senjata.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pendiri Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) Dino Patti Djalal menilai kunjungan Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) ke Kiev, Ukraina dan Moskow, Rusia belum mencapai terobosan berarti. Menurutnya hanya Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy yang menyambut baik kedatangan Jokowi yang membawa misi perdamaian.

"Nampaknya dari pembicaraan Presiden Jokowi dengan Presiden Zelenskyy dan Presiden Putin, hanya Presiden Zelenskyy yang menyambut baik dan merespons misi perdamaian ini, dalam arti Presiden Zelenskyy menyampaikan pesan pada Presiden Putin melalui Presiden Jokowi dan juga menyatakan menghargai posisi dan sikap serta upaya Presiden Jokowi," ujar Dino dalam pernyataan persnya, Jumat (1/7/2022).

Baca Juga

Dino menilik konferensi pers bersama antara kedua pemimpin di Moskow, bahwa Putin tidak mengapreasi pesan damai yang dibawa Jokowi. Putin, menurut Dino hanya membahas rujukan mengenai hubungan ekonomi RI-Rusia.

"Sewaktu di Moskow, Putin sama sekali tidak menyebut mengenai misi perdamaian dan yang dirujuk hanya mengenai hubungan ekonomi Indonesia-Rusia dan juga mengenai jika tidak salah ada mengenai ekspor gandum Ukraina, jadi tidak sama sekali merujuk pada misi perdamaian Presiden Jokowi," katanya.

Mantan wakil menteri luar negeri itu juga mengecam perintah Putin tentang operasi militer yang masih dikerahkan di Ukraina ketika Jokowi bahkan berkunjung ke Ukraina. Menurut Dino, tidak ada sama sekali terobosan dalam misi damai yang dibawa Jokowi.

"Tidak ada terobosan karena kalau misi perdamaian itu berarti konsep perdamaian diterima oleh kedua pihak, baik Ukraina maupun Rusia, sementara di sini namanya yang responsif hanya Ukraina dan Rusia sama sekali tidak merespon gagasan atau upaya perdamaian dari Indonesia ini," jata Dino.

Sementara itu , Dino juga menilai kelanjutan dari lawatan Presiden yang membawa pesan perdamaian agar tidak lagi berdampak bagi dunia. Indonesia dalam hal ini siap menjadi juru damai di antara kedua negara yang bertikai. Kendati demikian, hal ini memerlukan proses yang panjang.

"Kalau memang serius dan mau berlanjut terus maka tentu harus ada langkah-langkah berikutnya karena proses perdamaian dimanapun di dunia ini memerlukan sikap yang konsisten dan persisten, yang gigih," katanya.

Menurutnya proses damai tidak bisa tercapai hanya dalam satu kunjungan, atau dalam satu hari ya atau dua kunjungan saja. Semisal upaya Indonesia mendamaikan konflik di Kamboja yang memakan waktu bertahun-tahun ya dengan kegigihan yang luar biasa, m.

"Jadi sekarang pertanyaan bagi Indonesia adalah apakah setelah kunjungan presiden ke Ukraina dan Rusia ini, Indonesia serius ingin terlibat dalam konflik Ukraina-Rusia sebagai juru damai, dan apakah Indonesia siap juga untuk terus melakukan upaya-upaya berikutnya secara gigih dan secara konsisten?," tandas Dino.

Ia juga mengatakan bahwa Indonesia harusnya memiliki utusan khusus atau special envoy untuk mengikuti setiap perkembangan yang terjadi. Special envoy menurutnya ditunjuk agar bisa fokus melakukan pembaharuan terhadap hal-hal yang digarap oleh presiden dalam kunjungan ke Rusia dan Ukraina.

"Dia (special envoy) juga harus melakukan komunikasi dengan pihak lain di dunia internasional yang ikut terlibat dalam hal ini," tukasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement