Senin 04 Jul 2022 01:12 WIB

Boeing Kecewa Tiga Maskapai Besar Tiongkok Beli 300 Unit Pesawat Airbus

Selama tahun ini, Boeing hanya mengirimkan satu jet komersial ke China.

Rep: Amri Amrullah/ Red: Nidia Zuraya
Pesawat Boeing (ilustrasi)
Foto: VOA
Pesawat Boeing (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Perusahaan industri pesawat terbang AS, Boeing Co mengaku kecewa kepada tiga besar maskapai besar China yang tidak jadi membeli produk pesawat Boeing. Perusahaan ini kecewa justru tiga maskapai China tersebut memutuskan membeli 300 unit pesawat dari perusahaan industri pesawat terbang dari Eropa, Airbus.

Hal itu disampaikan pihak perusahaan Boeing, pada Jumat lalu dan yang dilansir oleh Reuters, Sabtu (2/7/2022). Boeing kecewa karena perbedaan geopolitik berakibat pada ekspor pesawat AS. Walau demikian, Boeing mengaku masih terus berkomunikasi agar ada dialog perdagangan yang produktif antara pemerintah AS dan China.

Baca Juga

Tiga perusahaan maskapai terbesar di China, Air China, China Southern Airlines dan China Eastern Airlines pada hari Jumat telah menjanjikan akan membeli total hampir 300 jet Airbus. Pesanan pesawat ini merupakan yang terbesar dilakukan operator China sejak awal pandemi Covid-19. Pilihan jatuh ke Airbus dikarenakan, China masih membekukan beberapa jalur perdagangan akibat perang dagang dengan AS.

Dalam pengumuman yang dikeluarkan, Air China dan China Southern Airlines masing-masing akan membeli 96 unit jet keluarga A320neo senilai 12,2 miliar dolar AS. Sedangkan China Eastern Airlines akan membeli 100 unit pesawat dengan tipe yang sama, senilai 12,8 miliar dolar AS.

Maskapai mengaku biasanya menerima diskon besar dari Airbus jauh dari harga yang dicantumkan. Hal ini diakui China Eastern Airlines yang mengatakan diskon ini lebih besar dari biasanya.

Selama ini pasar besar China menyumbang seperempat dari pengiriman Airbus dan Boeing pada tahun normal sebelum pandemi. Tetapi China sebagian besar mundur dari pasar jet global akibat dampak Covid-19 dan ketegangan perang dagang yang berlarut-larut dengan Amerika Serikat.

Sumber-sumber pejabat industri di Beijing mengatakan pembelian pesawat jet secara luas untuk menyeimbangkan neraca dagang antara Eropa dan Amerika Serikat dari waktu ke waktu. Dengan kesepakatan pembelian yang besar seperti itu biasanya diadakan kunjungan ke negara tujuan.

"Tetapi kesepakatan pada Jumat lalu mengisyaratkan langkah nyata Eropa akan jadi pemasok utama pesawat jet untuk Beijing," kata pejabat industri di Beijing. Walaupun diakui, hingga saat ini, ketegangan perdagangan dan diplomatik global secara luas berdampak pada penundaan keputusan impor yang sensitif secara politik dan menyeluruh.

Boeing telah bereaksi tajam terhadap pengumuman itu, dengan luar biasa menyindir dialog konstruktif antara pemerintah Eropa dan Beijing. Demi mencari permintaan yang tinggi dan mendesak pemerintah AS dan China diharapkan untuk terlibat dalam diskusi yang produktif.

“Sebagai pengekspor utama AS, yang telah menjalin hubungan 50 tahun dengan industri penerbangan China, perbedaan geopolitik yang terus membatasi ekspor pesawat AS cukup mengecewakan,” kata Boeing dalam sebuah pernyataan melalui email.

Penjualan pesawat Boeing ke China secara historis mendukung puluhan ribu pekerjaan Amerika, dan kami berharap pesanan dan pengiriman akan segera dilanjutkan.

Baca juga : Studi Terbaru Daftar 10 Kota Termahal di Dunia untuk Pekerja Asing

Diskusi lebih lanjut

Boeing 737 MAX belum melanjutkan penerbangan komersial di China, meskipun negara itu bergabung dengan regulator lain akhir tahun lalu dalam mencabut perintah larangan terbang yang diberlakukan selama krisis keselamatan.

Sejauh tahun ini, Boeing hanya mengirimkan satu jet komersial ke China dibandingkan dengan Airbus yang telah mengirim 47 unit. Seharusnya Boeing memiliki sekitar 150 pesawat yang menunggu untuk dikirim ke China, menurut beberapa perkiraan.

Airbus melukis kemenangan itu sebagai kemenangan perdagangan murni, dengan mengatakan penjualan itu menunjukkan kepercayaan China yang kuat pada Airbus. Dalam sebuah pernyataan, dikatakan kesepakatan itu mengikuti diskusi panjang dan ekstensif, tetapi tidak menyebutkan dukungan diplomatik.

Satu sumber diplomatik mengecilkan keterlibatan politik. Tetapi mencatat tantangan dalam meningkatkan output untuk mengirimkan sejumlah besar pesawat sementara masalah rantai pasokan global tetap ada. Kesepakatan itu tunduk pada persetujuan pemerintah China.

Baca juga : Kunjungan Jokowi ke Ukraina dan Rusia, Akademisi: Demi Selamatkan Penyelenggaraan G20

Terkait kabar ini, saham Airbus naik lebih dari 3 persen. Boeing naik sekitar 1,3 persen setelah tergelincir dalam perdagangan pra-pasar. Sementara itu industri penerbangan Tiongkok, yang sempat terpukul keras setelah pihak berwenang menutup kota Shanghai pada April, terus pulih dalam beberapa pekan terakhir.

Maskapai China Eastern Airlines mengatakan jet narrowbody baru sebagian besar akan dikerahkan pada rute domestik dan penerbangan ke negara-negara tetangga.

Diperkirakan pengiriman ini akan berlangsung dari 2023 hingga 2027, dengan sebagian besar diharapkan mulai 2024. Air China mengatakan pembeliannya akan mewakili peningkatan 10,4 persen, sementara China Southern mengharapkan peningkatan 13 persen.

China Eastern telah diguncang oleh kecelakaan jet Boeing 737-800 pada bulan Maret, menewaskan 132 orang di dalamnya. "Penyelidik sedang memeriksa tindakan kru, tanpa bukti ditemukan adanya kerusakan teknis," kata tim investigasi dan pengarahan kecelakaan tersebut.

Baca juga : New York Larang Peredaran Senjata di Tempat Umum

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement