Rabu 06 Jul 2022 19:18 WIB

5 Kriteria yang Bisa Dijadikan Patokan Mabrur atau Tidaknya Jamaah Haji

Haji mabrur merupakan capaian yang diharapkan setiap jamaah haji

Rep: Rossi Handayani/ Red: Nashih Nashrullah
Jamaah haji mengelilingi Kabah di Masjidil Haram Makkah (ilustrasi). Haji mabrur merupakan capaian yang diharapkan setiap jamaah haji
Foto: AP Photo/Amr Nabil
Jamaah haji mengelilingi Kabah di Masjidil Haram Makkah (ilustrasi). Haji mabrur merupakan capaian yang diharapkan setiap jamaah haji

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ibadah haji merupakan kewajiban bagi setiap Muslim yang mampu dan berkecukupan. Dan bagaimana kriteria mendapat haji yang mabrur?

 

Baca Juga

"Haji mabrur adalah haji yang sesuai dengan tuntunan syar’i, menyempurnakan hukum-hukumnya, mengerjakan dengan penuh kesempurnaan dan lepas dari dosa serta terhiasi dengan amalan saleh dan kebaikan," kata Pimpinan Pesantren Al Furqon Al Islami Gresik, Ustadz Abu Ubaidah Yusuf, dalam keterangan tertulisnya kepada Republika.co.id, Rabu (6/7/2022). 

 

Ustadz Abu Ubaidah menjelaskan, terdapat lima kriteria yang dapat dikatakan seseorang meraih haji yang mabrur.

Pertama, ikhlas, seorang hanya mengharap pahala Allah SWT, bukan untuk pamer, kebanggan, atau agar dipanggil masyarakatnya “pak haji” atau “bu haji”. 

 

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّـهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ ۚ وَذَٰلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ ﴿٥﴾

 

“Mereka tidak disuruh kecuali supaya beribadah kepada Allah dengan penuh keikhlasan.” (QS Al-Bayyinah ayat 5) 

 

Kedua, ittiba’ kepada Nabi Muhammad SAW, dia berhaji sesuai tata cara haji yang diperaktikkan Nabi Muhammad SAW. Beliau ﷺ bersabda:

 

خُذُوْا عَنِّيْ مَنَاسِكَكُمْ “Contolah cara manasik hajiku.”

 

Ketiga, harta untuk berangkat hajinya adalah harta yang halal. Nabi ﷺ bersabda:

 

إِنَّ اللهَ طَيِّبٌ, لاَ يَقْبَلُ إِلاَّ طَيِّبًا “Sesungguhnya Allah itu baik, Dia tidak menerima kecuali dari yang baik.” (HR  Muslim)

 

Keempat, menjauhi segala kemaksiatan, kebidahan, dan penyimpangan. 

 

الْحَجُّ أَشْهُرٌ مَّعْلُومَاتٌ ۚ فَمَن فَرَضَ فِيهِنَّ الْحَجَّ فَلَا رَفَثَ وَلَا فُسُوقَ وَلَا جِدَالَ فِي الْحَجِّ ۗ وَمَا تَفْعَلُوا مِنْ خَيْرٍ يَعْلَمْهُ اللَّـهُ ۗوَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَىٰ ۚ وَاتَّقُونِ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ ﴿١٩٧﴾

 

“Barangsiapa yang menetapkan niatnya untuk haji di bulan itu maka tidak boleh rafats (kata-kata tak senonoh), berbuat fasik dan berbantah-bantahan pada masa haji.” (QS Al Baqarah ayat 197).

 

Kelima, berakhlak baik antarsesama, tawadhu, dalam bergaul, dan suka membantu kebutuhan saudara lainnya. Alangkah bagusnya ucapan Ibnu Abdil Barr dalam at-Tamhid 22/39: “Adapun haji mabrur, yaitu haji yang tiada riya’ dan sum’ah di dalamnya, tiada kefasikan, dan dari harta yang halal.”  

 

Ustadz Abu Ubaidah mengatakan, “Barangsiapa yang menunaikan ibadah haji menurut cara dan tuntunan yang disyariatkan, maka insya Allah dia termasuk dalam kandungan sabda Nabi Muhammad SAW yang berbunyi: 

 

العُمْرَةُ إِلىَ العُمْرَةِ كَفَّارَةٌ لِمَا بَيْنَهُمَا وَالْحَجُّ الْمَبْرُوْرُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلاَّ الْجَنَّةَ

 

"Umroh ke umroh adalah penghapus dosa diantara keduanya. Dan haji mabrur tidak ada balasan baginya kecuali surga." "Semoga Allah menganugerahkan kita haji mabrur," kata Ustadz Abu Ubaidah.   

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement