Kamis 07 Jul 2022 17:35 WIB

Sejumlah Tokoh Hadiri Konferensi Ulama Asia Tenggara di Malaysia

Umat Islam harus mempersiapkan diri menghadapi tatanan dunia baru.

Konferensi Ulama Asia Tenggara 2022.
Foto: Dok. web
Konferensi Ulama Asia Tenggara 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia baru-baru ini ikut berpartisipasi dalam Konferensi Ulama Asia Tenggara 2022 sebagai bagian dari upaya regional untuk memajukan moderasi dalam Islam dan memerangi ideologi ekstremis di negara-negara Asia Tenggara. Diselenggarakan oleh Perdana Menteri Departemen Urusan Agama, Malaysia, dan Departemen Pembangunan Islam Malaysia (JAKIM) bekerja sama dengan Muslim World League, konferensi ini dihadiri oleh lebih dari 1.000 peserta yang terdiri dari para pemimpin dan ulama Islam dari 20 negara termasuk, Syafruddin Kambo, Wakil Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) Komjen Pol (Purn) DR. (HC).

Konferensi ini diresmikan oleh Sekretaris Jenderal Muslim World League (MWL), Sheikh Dr. Mohammad bin Abdulkarim Al-Issa, Perdana Menteri Malaysia Datuk Sri Ismail Sabri bin Yaakob dan Menteri Agama di Kantor Perdana Menteri Malaysia, Senator Datuk Haji Idris bin Haji Ahmad.

Baca Juga

Dalam konferensi satu hari yang memiliki tema 'Kesatuan Ummah' atau Persatuan Umat, para pemimpin Muslim dan komunitas muslim (ummah) berbagi dan berdiskusi tentang konsep keadilan dan kerukunan, serta pesan persatuan umat. Peran pendidikan untuk memerangi ideologi ekstremis, termasuk program praktis, inisiatif, dan rekomendasi juga dibahas dalam konferensi ini. 

Menambah wacana dari perspektif Indonesia, Syafruddin Kambo mengatakan, Indonesia merupakan negara dengan populasi muslim terbesar di dunia, dengan total dua miliar umat muslim di negara ini. Umat Islam harus mempersiapkan diri menghadapi tatanan dunia baru, menciptakan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin maju, menggerakkan perekonomian masyarakat dan mengembangkan gerakan zakat dan wakaf untuk membangun kembali peradaban Islam di dunia yang pernah berjaya di muka bumi

"Penyelenggaraan konferensi ini berlangsung pada saat umat Islam masih menghadapi berbagai tantangan, termasuk perbedaan agama dan etnis, provokasi eksternal dan Islamofobia. Tantangan-tantangan ini mengharuskan front untuk lebih bersatu di mana umat Islam dapat mencapai koeksistensi dengan warga global. Oleh karena itu, para ulama perlu berperan aktif dalam membina pendidikan yang baik untuk membentuk pemikiran anak muda yang mencerminkan pendekatan Islam yang benar," kata Syafruddin, Kamis (6/7/2022).

Sementara itu, Sekretaris Jenderal Muslim World League (MWL), Sheikh Dr. Mohammad bin Abdulkarim Al-Issa mengatakan, kesatuan di antara manusia didasarkan pada nilai-nilai kemanusiaan. Di alam, manusia membutuhkan kedamaian, kebersamaan dan keadilan. 

"Semua manusia perlu menyadari bahwa perbedaan warna kulit, ras, ideologi dan agama tidak boleh mengarah pada perpecahan. Kita semua bersaudara dalam Islam dan harus berperan dalam menjaga perdamaian, kerukunan dan stabilitas dunia karena diperintahkan oleh syariat dan prinsip Maqasid Shari’ah," kata dia.

Muslim World League adalah LSM Islam di dunia yang tersebar di 139 negara. Organisasi ini bertujuan untuk menghadirkan Islam sejati dan prinsip-prinsip toleransi, memberikan bantuan kemanusiaan, memperluas jembatan dialog dan kerjasama dengan orang-orang di seluruh dunia, terlibat dalam keterbukaan positif untuk semua budaya dan peradaban, dan mengikuti jalan sentrisme serta moderasi untuk mewujudkan pesan. Islam untuk mencapai dunia yang penuh kedamaian, keadilan, dan koeksistensi.

Selain konferensi, MWL juga telah memprakarsai kampanye dan konferensi untuk memberdayakan komunitas global, sementara juga membina hubungan yang lebih dekat dengan para pemimpin dunia untuk mengatasi masalah utama seputar Islam, perannya di dunia dan untuk mempromosikan kerukunan beragama di masyarakat yang beragam.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement