Selasa 12 Jul 2022 21:21 WIB

KH Ibrohim Pendidik dari Kota Wali (I)

KH Ibrohim lahir di Terboyo, Semarang, Jawa Tengah, pada 1839 M.

Rep: Muhyiddin/ Red: Agung Sasongko
Ulama(ilustrasi)
Foto:

Saat menjadi santri, Ibrohim muda selalu menampakkan kesederhanaan. Pemuda ini sering kali melakukan tirakat. Alhasil, kawan-kawannya mendapatkan kesan bahwa dirinya adalah anak miskin atau berasal dari kalangan papa.

Namun, remaja itu tetap disiplin dalam menjalankan riadat. Sebab, tujuannya hanyalah melatih diri untuk mengekang hawa nafsu sehingga berfokus pada belajar dan beribadah. Di antara bentuk-bentuk latihan yang dilakukannya adalah men campurkan beras dengan pasir sebelum memasak nasi.

Mungkin, hal itu terdengar aneh. Bagaimanapun, ia memiliki tujuan yang baik di balik itu.Setelah beras dan pasir itu dicampurkan, ia akan memilah keduanya sembari mengulang hafalan tentang pelajaran-pelajaran agama yang telah diberikan gurunya. Dengan cara itu pula, ia tidak hanya melatih daya memorinya, tetapi juga sifat kesabaran dan ketelatenannya.

Ketika mondokdi Ponpes Langitan Babat, Ibrohim dikenal sebagai seorang santri yang cerdas. Bersama dengan sahabatnya, Dimyati--kelak juga menjadi kiai besar--dirinya tak pernah menyiakan-nyiakan waktu. Setiap menit, setiap jam, selalu digunakannya untuk menuntut ilmu.Bahkan, dua orang sekawan itu sering kali tidur lewat jam malam karena terlalu asyik belajar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement