Jumat 15 Jul 2022 02:20 WIB

Pangkas Kalori Secara Ekstrem Bukan Solusi Turunkan Berat Badan, Malah Picu Overeating

Memangkas kalori secara ekstrem justru bisa menjadi bumerang.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Reiny Dwinanda
Makanan sehat (ilustrasi). Memangkas asupan kalori dalam jumlah besar dan melakukan olahraga secara berlebih memang bisa menciptakan defisit kalori yang besar dan hasil yang instan, tetapi berat badan tidak akan stabil.
Foto: www.freepik.com
Makanan sehat (ilustrasi). Memangkas asupan kalori dalam jumlah besar dan melakukan olahraga secara berlebih memang bisa menciptakan defisit kalori yang besar dan hasil yang instan, tetapi berat badan tidak akan stabil.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah satu kesalahan umum yang banyak dilakukan orang saat ingin menurunkan berat badan adalah mengurangi asupan kalori secara ekstrem. Meski bisa menurunkan berat badan dalam waktu singkat, cara ini juga bisa menjadi bumerang yang merugikan.

Secara umum, penurunan berat badan bisa dicapai melalui defisit kalori. Defisit kalori ini dapat dicapai melalui pengurangan asupan kalori dan peningkatan latihan fisik atau olahraga. Akan tetapi, defisit kalori ini perlu dilakukan secara sehat dan berkelanjutan.

Baca Juga

Memangkas asupan kalori dalam jumlah besar dan melakukan olahraga secara berlebih memang bisa menciptakan defisit kalori yang besar dan hasil yang instan. Akan tetapi, hasil penurunan berat badan yang dicapai tak akan bisa bertahan lama. Selain itu, defisit kalori yang ekstrem juga dapat membuat orang-orang lebih rentan terhadap makan berlebih atau overeating.

"Jauh lebih baik untuk menerapkan defisit 500 kalori yang bisa Anda pertahankan dibandingkan menerapkan defisit 1.000 kalori yang dapat memicu overeating," ungkap personal trainer Emma Storey Gordon, seperti dilansir Insider, Kamis (14/7/2022).

Hal yang sama juga berlaku untuk olahraga. Orang yang biasanya tidak pernah berolahraga sebaiknya tidak langsung memaksakan diri untuk berolahraga lima kali per pekan. Akan lebih baik bila orang tersebut mulai berolahraga dengan frekuensi satu kali per pekan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement