Itu terjadi tepat 462 tahun setelah Khalifah Umar memasuki kota tersebut. Ini adalah saat ketika Kekaisaran Seljuk telah dipecah menjadi banyak kerajaan kecil dan Muslim harus berjuang selama beberapa pekan melawan Tentara Salib.
Seorang Emir Turki, Imad al Din Zengi yang merupakan penguasa Mosul, menyatukan Mosul dan Aleppo menjadi sebuah negara dan menantang Tentara Salib. Upaya ini dilanjutkan oleh anaknya Nur al-Din Zengi yang berusaha mempersatukan umat Islam.
Sepeninggal Nur al-Din Zengi, Salahuddin menjadi penguasa independen yang mencaplok Suriah dan menjadi Sultan Mesir, Hijaz, Yaman dan Suriah. Dia kemudian memutuskan untuk membebaskan Kota Suci Yerusalem, dan menandatangani perjanjian damai dengan Ksatria Reynald dari Yerusalem.
Namun perjanjian gencatan senjata ini dilanggar oleh Reynald beberapa kali dengan membunuh peziarah Muslim dan menjarah karavan. Untuk memberinya pelajaran dan membebaskan Kota Suci, Salahudin al-Ayubi bergerak ke Yerusalem. Tentara Salib di bawah Lusignan berbaris 20 kilometer untuk menghadapi pasukan Salahudin al-Ayubi dan berkemah di Hattin.
Satu-satunya sumber air di daerah itu diblokir oleh pasukan Salahudin Ayubi. Setelah beberapa hari pertempuran kecil dan pertempuran sengit, pasukan Salahudin al-Ayubi memberikan kekalahan yang mengerikan bagi Tentara Salib. Pada September 1187, pasukan Salahudin al-Ayubi tiba di pinggiran Yerusalem.