Sabtu 20 Aug 2022 03:05 WIB

Isu Keamanan Dibalik Kontroversi Pesta-Pesta PM Finlandia Sanna Marin

Media mengkritik kemungkinan isu keamanan bocor ketika PM Finlandia berpesta

Rep: Lintar Satria/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
 Perdana Menteri Finlandia Sanna Marin. Perdana Menteri Finlandia Sanna Marin mendapat hujan kritikan setelah video pesta bersama-sama teman-temannya tersebar di media sosial. Dalam tajuk editorialnya surat kabar Helsingin Sanomat mengatakan pesta itu merupakan masalah keamanan.
Foto: AP/Olivier Hoslet/Pool EPA
Perdana Menteri Finlandia Sanna Marin. Perdana Menteri Finlandia Sanna Marin mendapat hujan kritikan setelah video pesta bersama-sama teman-temannya tersebar di media sosial. Dalam tajuk editorialnya surat kabar Helsingin Sanomat mengatakan pesta itu merupakan masalah keamanan.

REPUBLIKA.CO.ID, HELSINKI -- Perdana Menteri Finlandia Sanna Marin mendapat hujan kritikan setelah video pesta bersama-sama teman-temannya tersebar di media sosial. Dalam tajuk editorialnya surat kabar Helsingin Sanomat mengatakan pesta itu merupakan masalah keamanan.

"Perdana menteri bisa, di situasi yang sensitif memberikan informasi senjata perang di tangan orang yang ingin melukai Finlandia, mungkin terdapat banyak kebocoran, bila bukan pesta yang ini, mungkin pesta berikutnya," kata surat kabar itu seperti dikutip the Washington Post, Jumat (19/8).

Ini tidak bukan pertama kalinya Marin terdesak karena masalah pesta. Pada bulan Desember tahun lalu Anggota Social Democratic Party itu "ketahuan" berpesta di sebuah klub Helsinki hingga pukul 04.00 pagi tanpa membawa telepon genggamnya.  

Ia meminta maaf atas kejadian itu, karena keluar di tengah pandemi virus korona. Telepon genggamnya memberi notifikasi ia telah bertemu dengan orang yang terinfeksi Covid-19. Tapi akhirnya ia tidak positif.

Marin merupakan pemimpin negara termuda ketika ia terpilih pada tahun 2019 lalu di usia 34 tahun. Kemenangannya membawanya ke kelompok kecil para pemimpin yang terpilih di usia 30-an seperti Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern dan Presiden Salvador Nayib Bukele.

Marin menggantikan Antti Rinne yang lahir tahun 1962, sebelumnya Juha Sipilä, lahir tahun 1961. Marin lahir 1985, dua dekade setelahnya.

"Posisi Marin di eksekutif mengganggu apa yang telah lama masyarakat sudah nyaman dalam hal usia dan gender (pria tua)," kata pengamat politik dari Whittier College, Sara Angevine.

Profesor  Saint Mary’s College, Notre Dame, Bettina Spencer mengatakan pemimpin perempuan muda diawasi lebih ketat dibandingkan pemimpin pria tua."Pemimpin muda tidak dianggap serius karena stereotip tentang usia, pemimpin perempuan tidak dianggap serius karena stereotip gender, pemimpin perempuan muda tidak dianggap serius karena persimpangan usia dan gender mereka," kata Spencer.

"Karena itu mereka diawasi lebih ketat pada setiap perilaku yang memperkuat keyakinan mereka mungkin tidak 'serius', dan itu termasuk berdansa dengan teman-teman di pesta pribadi," katanya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement