Senin 05 Dec 2022 08:19 WIB

Iran Bangun PLTN Baru

PLTN baru Iran akan berlokasi di provinsi Khuzestan yang kaya minyak di Iran

Rep: Dwina Agustin/ Red: Esthi Maharani
PLTN Iran
PLTN Iran

REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Iran memulai pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) baru di barat daya pada Sabtu (3/12/2022). Pembangkit listrik 300 megawatt yang dikenal sebagai Karoon akan memakan waktu delapan tahun untuk dibangun dan menelan biaya sekitar dua miliar dolar AS.

Menurut laporan saluran televisi pemerintah Iran, fasilitas itu akan berlokasi di provinsi Khuzestan yang kaya minyak di Iran, dekat perbatasan baratnya dengan Irak. Upacara peresmian lokasi konstruksi dihadiri oleh kepala Organisasi Energi Atom sipil Iran  Mohammed Eslami yang pertama kali meluncurkan rencana konstruksi untuk Karoon pada April.

Iran memiliki satu PLTN di pelabuhan selatan Bushehr yang aktif pada 2011 dengan bantuan dari Rusia, tetapi juga memiliki beberapa fasilitas nuklir bawah tanah. Pengumuman konstruksi Karoon datang kurang dari dua minggu setelah Iran menyatakan telah mulai memproduksi uranium yang diperkaya dengan kemurnian 60 persen di fasilitas nuklir Fordo bawah tanah negara itu. Langkah tersebut dipandang sebagai tambahan yang signifikan untuk program nuklir negara itu.

Pengayaan hingga kemurnian 60 persen adalah satu langkah teknis singkat dari level tingkat senjata yang kemurniannya mencapai 90 persen. Pakar non-proliferasi telah memperingatkan dalam beberapa bulan terakhir, bahwa Iran sekarang memiliki cukup uranium yang diperkaya 60 persen untuk diproses ulang menjadi bahan bakar untuk setidaknya satu bom nuklir.

Langkah itu dikecam oleh Jerman, Prancis, dan Inggris, tiga negara Eropa Barat yang tetap berada dalam kesepakatan nuklir Iran. Upaya baru-baru ini untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Iran pada 2015 atau Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) harus terhenti.

Amerika Serikat (AS) secara sepihak menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran pada 2018, di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump saat itu. Tindakan ini membuat penerapan kembali sanksi dan mendorong Iran untuk mundur dari ketentuan kesepakatan. Iran telah lama membantah mencari senjata nuklir, bersikeras bahwa program nuklirnya untuk tujuan damai.

sumber : AP
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement